Pesawat Jeju Air Terbakar Diduga Akibat Ditabrak Burung, Pakar Berikan Tips Hindari Serangan
Pesawat Jeju Air gagal mendarat di Korea Selatan dan menabrak dinding bandara hingga terbakar usai roda pesawat rusak diduga akibat ditabrak burung, pada 29 Desember 2024 lalu. Pakar konservasi burung menyampaikan sejumlah rekomendasi agar peristiwa tersebut bisa diantisipasi.
Mitigasi Bird Strike
Achmad Ridha Junaid dari lembaga Burung Indonesia menyebut bird strike bisa dimitigasi oleh pengelola bandara. Tujuannya agar penerbangan tidak menarik burung Dia menjelaskan strategi utama mitigasi bird strike dapat dilakukan melalui manajemen habitat burung yang baik.
Bandara Dibangun Bukan di Habitat Burung
Pembangunan bandara penting untuk memperhatikan habitat satwa di sekitar. Sangat ideal jika lokasi dibangun tidak di atas habitat satwa. Dalam kasus bird strike akan sangat penting jika bandara dibangun di luar habitat burung.
Cegah Burung Datang
Namun jika bandara terlanjur dibangun di atas habitat burung, maka area di dalam dan sekitar bandara dapat dikelola dengan cara mengurangi sumber penarik burung, seperti makanan, air, atau vegetasi tertentu.
Pengelola bandara juga dapat menjaga kebersihan area bandara dan ketinggian rumput yang menjadi habitat utama burung di bandara, agar burung tidak datang ke lokasi itu.
"Selain itu, penggunaan alat pengusir burung juga diperlukan. Alat seperti suara predator, laser, atau burung pemangsa terlatih digunakan untuk menjauhkan burung dari area landasan pacu," kata Achmad dalam keterangan tertulis dikutip dari media.
Penggunaan Teknologi
Penggunaan teknologi juga penting untuk memantau dan survei populasi burung secara berkala. Mengetahui informasi pola aktivitas burung lokal digunakan untuk menentukan waktu dan lokasi risiko tertinggi. Diperlukan juga peran teknologi dengan radar dan sistem deteksi real time memungkinkan bandara mendeteksi keberadaan burung di area udara.
Kolaborasi dengan Pakar Biologi
Kolaborasi dengan ahli biologi juga diperlukan untuk memahami perilaku spesifik spesies burung di sekitar bandara sehingga strategi mitigasi dapat disesuaikan.
Upaya tersebut juga telah dilakukan di Indonesia. Menurutnya, pengelola Bandara Internasional Soekarno Hatta bekerjasama dengan Burung Indonesia dalam kajian risiko bird strike dengan mengidentifikasi blekok sawah (Ardeola speciosa) dan kuntul kerbau (Bubulcus ibis) sebagai dua spesies paling berisiko terhadap bird strike.
Manajemen habitat padang rumput dan semak dilakukan karena area tersebut menjadi daya tarik utama bagi kedua spesies tersebut.
"Bird strike merupakan pengingat bahwa manusia dan burung berbagi ruang sama. Sebagai penghuni bumi, burung memiliki peran ekologis yang tidak tergantikan, termasuk dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Karena itu, mitigasi bird strike tidak hanya soal keselamatan penerbangan, tetapi juga melibatkan upaya untuk memastikan kelestarian burung dan habitatnya," katanya.
Selain itu, maskapai disarankan bersikap proaktif menghadapi risiko satwa liar, seperti menunda lepas landas atau mendarat jika melihat burung di landasan pacu.
Advertisement