Pesarean Ki Ageng RM Djojo Poernomo Ditata Jadi Kawasan Spiritual
Pemerintah pusat berencana melakukan penataan kawasan Pesarean Ki Ageng Raden Mas Djojo Poernomo di Dusun Tojo Kidul, Desa Temuguruh, Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Ki Ageng Raden Mas Djojo Poernomo merupakan guru spiritual Pangeran Diponegoro dan masih ada ikatan keluarga Kesultanan di Yogyakarta.
Dalam rangka penataan kawasan pesarean tersebut, anggota DPR RI Sumail Abdullah dan tim dari Kementerian PUPR datang langsung ke lokasi. Kedatangan ini sebagai bagian dari perencanaan untuk penataan kawasan bernilai sejarah dan spiritual tersebut.
“Kami melaksanakan tugas kostitusi dalam rangkaian kunjungan dapil mengnjungi tempat bersejarah, petilasan Eyang Djoyo Poernomo. Kita mendengar di sini ada nilai kesejarahan dan nilai spiritualisme,” jelasnya, Senin, 26 Juni 2023.
Sumail Abdullah menjelaskan, setelah melihat peninggalan-peninggalannya, baik benda maupun tak benda di tempat itu itu wajar untuk dijadikan cagar budaya. Sehingga perlu dijaga dan dilestarikan supaya anak cucu bangsa paham dan tahu bahwa nenek moyangnya penuh kegotong royongan, penuh dengan spiritualisme yang tinggi.
“Dan tentu degan cara berbeda-beda, itulah kekayaan kita,” ujarnya.
Dalam waktu dekat, tempat pesarean ini akan ditata menjadi destinasi wisata spiritual. Karena tempat ini merupakan pusat perkumpulan Purwa Ayu Mardi Utama. Penataan, lanjut, politisi Gerindra ini, di sesuaikan dengan kondisi dan keadaan tanpa menghilangkan arsitektur aslinya.
“Mungkin kita bisa menambah ornamen yang menambah nuansa spiritual, disesuaikan dengan anggaran perencanaan dari kementerian PUPR,” tegasnya.
Ketua Umum Dewan Pinisepuh Pusat Pirukunan Purwo Ayu Mardi Utomo, Cokro Wibowo Sumarsono, mengatakan, Ki Ageng Raden Mas Djojo Poernomo adalah cucu dari Sultan Hamengku Buwono II dan juga cucu dari Pahlawan Nasional, Nyi Ageng Serang.
Cokro menyebut, beliau juga dikenal dengan nama Eyang Papak Noto Projo. Sejak usia remaja, Eyang Papak Noto Projo sudah bersama Nyi Ageng Serang bergabung bersama laskar Pangeran Diponegoro melawan penjajah.
“Pasca perang Jawa 1825 -1830, inilah yang meneruskan cita-cita Pangeran Diponegoro,” bebernya.
Eyang Papak Noto Projo menyamar lalu pindah dari satu tempat ke tempat lain hingga akhirnya sampai ke Tojo ini. Selama Perang Jawa, Eyang Papak Noto Projo adalah penasehat spiritual para prajurit, termasuk Pangeran Diponegoro.
“Selanjutnya beliau di sini bertapa dan meninggalkan nama lamanya berganti menjadi Djoyo Poernomo, lengkapnya Sang Wiku Raden Mas Djoyo Poernomo,” terangnya.
Di Banyuwangi, Raden Mas Djoyo Poernomo mengkonsolidasi kekuatan spiritual untuk melawan penjajahan hingga masa kemerdekaan. Pada tahun 1912, Raden Mas Djoyo Poernomo mendirikan Purwo Ayu Mardi Utomo sebagai wadah gemblengan spiritual yang berbasis jiwa kebangsaan. Purwo Ayu Mardi Utomo menjadi penyamaran untuk perjuangan dan diakui belanda karena berbasis spiritual. Saat ini anggota Purwo Ayu Mardi Utomo sebanyak 200 ribu orang.
“Biasanya berkumpul di sini pada bulan Suro,” jelasnya.
Berkaitan rencana penataan kawasan pesarean ini, Cokro menyatakan, sejak tahun 2001, memang sudah ada rencana untuk pembangunan museum, pendopo agung, sanggar-sanggar dan sebagainya. Hal itu diketahuinya dari dokumen yang diterimanya dari pengurus sebelumnya.
“Tugas kami bagaimana merealisasikan rencana besar tersebut. Kita sekedar melanjutkan semoga bisa terealisasi,” ujarnya.