Pesantren Tebuireng Digitalisasi Kitab Peninggalan Mbah Hasyim
Inovasi yang dilakukan pondok pesantren Tebuireng Jombang dalam menyelamatkan dokumen sejarah patut diacungi jempol. Bekerjasama dengan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta dan Mahad Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng, pesantren ini mendigitalisasikan sedikitnya 15 kitab kuno. Langkah ini dilakukan dokumen-dokumen sejarah yang ada di Tebuireng terselamatkan dari kerusakan akibat usia.
Abdullah Maulani, peneliti PPIM UIN Jakarta mengungkapkan, selain kitab sejak era KH Hasyim Asyari, ada juga mushaf Al-Quran bertulis tangan dari timur tengah pada abad ke 19 yang sudah selesai menjalani proses digitalisasi.
"Tebuireng ini salah satu pesantren bersejarah dan saya meyakini banyak kitab kuno yang harus didigitalisasikan agar kitab tersebut bisa dinikmati oleh semua orang dikemudian hari," katanya.
Penyalinan teks-teks keislaman di Pesantren Tebuireng Jombang sendiri sudah berlangsung sejak lama. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah karya tulisan tangan para santri dan ulama lokal dihasilkan selama ratusan tahun lamanya dalam bentuk manuskrip atau naskah kuno. Namun untuk proses digitalisasi, Abdullah menyebut baru dilakukan sekarang ini.
"Kitab-kitab kuno ini memiliki khazanah dan keistimewaan, sehingga perlu disampaikan kepada masyarakat. Maka perlu adanya digitalisasi," jelasnya.
Butuh waktu lama untuk tim melakukan digitalisasi dokumen, sebab kondisi kitab kuno di Tebuireng beragam. Ada yang masih terawat bagus, ada juga yang sudah mengalami kerusakan.
"Karena kitabnya sudah tua dan ada yang sobek-sobek, jadi agak terhambat pemotretannya. Dalam sehari kami hanya bisa mendigitalisasi sekitar 500 halaman saja," paparnya. Kegiatan digitalisasi manuskrip kuno ini digelar selama 10 hari, dimulai sejak 20 hingga 29 Mei di Perpustakaan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
Mohamad Anang Firdaus, Ketua LP2M Mahad Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng mengaku terbantu dengan adanya digitalisasi ini. Menurutnya, sudah eranya digitalisasi sehingga kitab kuno yang ada di Tebuireng bisa dipelajari untuk generasi selanjutnya. "Semoga dengan digitalisasi ini, semua naskah bisa terselamatkan dan bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya," ujarnya.