Pesantren Queen Ploso Berduka, Gus Ujang Pandhu Meninggal Dunia
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Umat Islam, khususnya warga NU, berduka. Gus Ujang Pandhu Hidayat Munif, putra KH Munif Djazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Queen Al-Falah Ploso Mojo Kediri, pada Kamis, 22 Agustus 2019.
Almahum mengembuskan nafas terakhir pukul 16.28 WIB, setelah dirawat di Rumah Sakit National Hospital Surabaya.
Gus Ujang Pandhu dikenal sangat bijak dalam memberi pelajaran pada santri-santrinya. Ia pun dikenal kerap memberikan petuah hikmah.
Berikut di antara petuah-petuah Gus Ujang Pandhu Hidayat Munif:
"Orang bijak itu yang mengerti ketika berdiskusi. Dia tahu tidak semua yang ada di dalam otaknya sama pemikirannya dengan apa yang ada di dalam otak orang lain.
"So, jangan pernah segampang itu memberikan kata sadar tanpa solusi, memberi kata ikhlas tanpa makna yang jelas.
"Dan pada akhirnya selalu berkata: Biarlah Allah yang mengatur. Itulah penutup ceramah isi otak anda".
Semoga almarhum diterima di sisi Allah swt, serta keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan iman. Amin.
Segenap santri, termasuk jajaran pengurus PWNU Jawa Timur menyatakan belasungkawa. Alfatihah. "Mugi Gus Ujang diberi husnul khatimah. Amin," tulis Ahmad Baihaqi.
Selama ini, Gus Ujang merupakan pengasuh pesantren Queen Al-Falah Ploso Kediri. Merupakan pengembangan dari Ponpes Al-Falah Ploso, yang didirikan KH Djazuli.
Dalam Ponpes Al-Falah Ploso dikenal menganut sistem manajemen tradisional. Dalam arti, kepemimpinan tunggal yang tersentral pada figur seorang kiai memegang otoritas yang tinggi dalam pengelolaan pesantren. Manajemen semacam itu terus berlangsung sampai pada saat sekarang saat pesantren ini diasuh oleh KH. Zainuddin Djazuli putra Kiai Djazuli, yang di dalamnya ada KH. Munif Djazuli.
KH. Zainuddin dalam mengasuh pesantren yang sering digunakan kegiatan tingkat regional ini dibantu para adik-adiknya dan saudara-saudaranya, seperti KH. Nurul Huda (Gus Dah) yang mengasuh pondok pesantren putri, KH. Fuad Mun’im (Gus Fu’), KH. Munif, Bu Nyai Hj. Badriyah (Bu Bad) dan Gus Sabut putra almarhum Gus Mik (yang mengomandani Jama’ah Sima’an Al-Qur’an Mantab) dll.
Pondok pesantren Al-Falah Ploso Kediri sebagaimana kebanyakan pesantren di kota Kediri merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran model salafaiyah.
Program pendidikan dan pengajaran di ponpes Al-Falah, terdiri dari: Madrasah Ibtidaiyah (3 tahun), Madrasah Tsanawiyah (4 tahun) , dan Majelis Musyawarah Riyadlotut Tholabah (5 tahun).
Pada tingkat Ibtidaiyah materi yang banyak ditekankan adalah masalah akidah dan akhlak, sedangkan untuk tingkat Tsanawiyah ditekankan pada materi ilmu nahwu / sharaf dan ditambah ilmu fiqih, faroidl serta balaghah.
Adapun Majelis Musyawarah merupakan kegiatan kajian kitab fiqih, yakni Fathul Qorib, selama satu tahun, Kitab Fathul Mu’in selama 1 tahun dan Fathul Wahab selama 3 tahun.
Selain program diatas masih ada kegiatan ekstra yang harus diikuti oleh semua santri, meliputi latihan berorganisasi, baca tahlil, muhafadhah, dibaiyah, kaligrafi dll.
Juga ada kegiatan bahtsul masail. Program yang terakhir ini adalah sebagai wahana untuk melatih dan mencetak kader-kader syuriyah dan tem bahtsul bahsul masail. Dari majelis musyawarah ini telah terlahir kader-kader syuriyah NU di bidang bahtsul masail yang handal, diantaranya KH. Ardani Ahmad, KH. Arsyad, KH. Fanani. Mereka direkrut sebagai anggota lajnah bahtsul masail PWNU Jawa Timur.
Advertisement