Pesantren Muhammadiyah Tumbuh Pesat, Ini Strategi Haedar Nashir
Perkembangan pondok pesantren (ponpes) Muhammadiyah mengalami laju pesat dalam waktu kurang dari sepuluh tahun. Dari angka 67, angka itu berubah menjadi 167 pada Muktamar Makassar 2015 dan kini berubah lagi menjadi 380 buah.
Bagi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, fakta itu mengandung kebahagiaan sekaligus tantangan yang tak kalah besar bagi orientasi Muhammadiyah membentuk calon ulama.
“Jumlah ini tentu menjadi modal untuk pengembangan pesantren sebagai wadah institusi yang menghasilkan kader ulama Muhammadiyah yang tentu sangat dipentingkan untuk saat ini dan ke depan,” ujarnya, dalam keterangan Kamis 18 Maret 2021.
Haedar menantang apakah ponpes Muhammadiyah mampu meniru era Kiai Dahlan di mana santri-santri Muhammadiyah tampil sebagai ulama moderat sekaligus tokoh nasional dengan keilmuan mumpuni.
Soekarno, Soedirman, M. Roem, Djuanda, Hamka, Ki Bagus dan banyak lainnya tampil membawa nama Muhammadiyah dalam upaya memajukan Indonesia.
“Di era Kiai Dahlan jelas sangat menonjol bagaimana keulamaan Kiai Dahlan dan institusi Muhammadiyah telah menjadi tonggak baru, menjadi ma’alimah fi thariq atau semacam breakthrough, titik lompat dari umat Islam yang saat itu kondisi dan profile kolektif-sosiologisnya melambangkan ketertinggalan,” ujar Haedar, dalam forum Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) PP Muhammadiyah, Sabtu.
Dirinya menekankan poin terobosan apakah yang mampu digarap oleh Pesantren Muhammadiyah sehingga Indonesia mampu bersaing di masa depan yang sama sekali berbeda.
“Ini penting dan inilah yang menjadi pertanyaan sekarang apakah lembaga pendidikan, pondok pesantren Muhammadiyah di mana dasar-dasar ilmu agama dipelajari secara mendalam.
"Kelak, 20, 30, 50 tahun ke depan mereka akan hadir memproduksi elit-elit muslim modernis Muhammadiyah yang bisa hidup di tengah zaman baru dan berdialog dengan realitas zaman itu, bahkan bisa bertukar pikiran dengan elit-elit lain di negeri ini yang boleh jadi nanti perkembangannya sudah lain,” tutur Haedar Nashir.