Pesan untuk Bu Nyai, Alissa Wahid: Kami Melayani Diam-Diam
Koordinator Nasional Gusdurian, Alissa Qotrunada Munawaroh mengingatkan, para bu nyai sebagai pendamping kiai di pondok-pondok pesantren tetap waspada terhadap kasus Covid-19. Dengan sikap hati-hati dan tetap menjaga protokol kesehatan, menjadikan para santri di masing-masing pesantren yang dikelola tetap aman dalam penghadapi pandemi yang belum berakhir ini.
"Hampir semua pondok pesantren minta dirahasiakan, karena takut aib. Sebetulnya ini sikap kurang tepat, tapi kami menghormati dan kami bekerja melayani diam-diam," tutur Alissa Wahid.
Alissa Wahid, panggilan akrab putri KH Abdurrahman Wahid (almaghfurlah), masih mengkhawatirkan adanya sikap abai terhadap protokol kesehatan. Karena itu, fungsionaris Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LKK) PBNU ini menyampaikan pesan-pesan kepada para bu Nyai, yang Minggu 15 November 2020 beredar di media sosial.
Berikut pesan Ning Alissa Wahid:
Bu Nyai sekalian,
Dengan semakin berkecamuknya kasus-kasus positif COVID-19 di berbagai pesantren, saya berharap para Bu Nyai semua dapat mengambil peran lebih aktif untuk Pencegahan COVID-19 di ponpes kita masing-masing.
Kemarin Indonesia mencatat penularan tertinggi, 5400+ kasus per hari. Ini sesuai perkiraan para ahli, dampak dari merosotnya kewaspadaan.
Demikian juga di pondok-pondok pesantren. Saat ini ada belasan pesantren yang sedang didampingi RMI (Rabithah Maahid Islamiyah), PDNU (Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama) dan Gusdurian yang tergabung dalam Aliansi Nahdliyin untuk PCP. Hampir semua pondok pesantren minta dirahasiakan, karena takut aib. Sebetulnya ini sikap kurang tepat, tapi kami menghormati dan kami bekerja melayani diam-diam.
Bu Nyai sedanten yang saya hormati, mohon kiranya Bu Nyai dapat lebih tegas mendorong Satgas COVID-19 pesantren bu Nyai masing-masing, agar lebih ketat menjaga protokol dalam pesantren. Cuci tangan, bermasker, tidak berkerumun, jaga jarak, pakai peralatan pribadi, menjadi sangat penting saat ini.
Sepele, tapi bila lengah, kiai/nyai sepuh yang menerima getah, kapundut karena virus menyebar cepat di dalam pesantren. Ini kenyataan pahit kita, saya punya sebagian data kiai nyai yang kapundut karena Covid-19. Tentu tidak saya buka ke publik.
Bila ada kasus anosmia (hilang perasa lidah dan bau) santri, segera saja Satgas diminta melaporkan ke bu Nyai, supaya dapat segera direspons. RMI sudah siap dg tim reaksi cepat, termasuk bagaimana menghandle komunikasi publiknya. Tidak perlu khawatir, kami tidak akan membuka data.
Selain upaya batiniah memohon kepada Allah SWT agar menjauhkan kita dari wabah, perlu ikhtiyar duniawi. Saya meyakini, seringkali bu Nyai lebih cepat bergerak daripada pak Kiai dan Gus-Gus Pengasuh Pesantren. Karena itu, saya sungguh memohon dengan sangat, bu Nyai dapat memimpin pondoknya masing-masing untuk mencegah santri-santri kita dan utamanya Kiai Nyai kita dari serbuan COVID-19.
Demikian pesan Ning Alissa Wahid, panggilan akrab putri KH Abdurrahman Wahid.