Pesan Sesban Muharam dalam Penyusunan RKBMN Tahun 2023
Sekretaris Badan (Sesban) Litbang dan Diklat Kemenag, Muharam Marzuki, mengingatkan beberapa hal penting kepada para pegawai di Subbag Barang Milik Negara (BMN) Bagian Umum dan Perpustakaan ketika menyusun rencana kebutuhan BMN.
Poin-poin penting itu disampaikan Sesban Muharam ketika membuka resmi sekaligus memberi pengarahan pada kegiatan ‘Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN) Tahun 2023’. Pembukaan tersebut digelar di Hotel Atria Gading Serpong Tangerang, Selasa 7 September 2021.
Muharam mengatakan, rencana kebutuhan BMN menjadi penting karena kita berada di wilayah otoritas pemerintah yang diberi kewenangan untuk menyusun rencana tersebut. Oleh karenanya, wewenang itu harus dilaksanakan dengan baik dan benar.
“Bapak Ibu ini adalah orang yang terhormat karena diberi kepercayaan dan otoritas oleh negara untuk menyusun kebutuhan. Ini bukan hal sepele. Tidak semua orang diberi otoritas. Apalagi barang milik negara, maka kita perlu jaga amanah ini,” ujarnya kepada peserta.
Dua Hal Penting
Pria asli Betawi ini menambahkan, otoritas tersebut harus dijaga melalui beberapa hal.
Pertama, membuat persiapan perencanaan ini dengan jujur dan seutuhnya. Tidak hanya semangat mengusulkan pengadaan barang-barang milik negara, namun melupakan hal penting seperti memikirkan pemeliharaan dan perawatannya.
“Jangan sampai hal yang enggak kita butuhkan, atau tidak kita butuhkan sama sekali, tapi malah diusulkan. Sebaliknya, yang mestinya kita butuhkan justru tidak diusulkan karena ada kepentingan tertentu,” tandasnya.
Menurut Doktor jebolan Universitas Baranas Hindu India tahun 1993 ini, kepentingan tertentu itu misalnya ternyata ada salah satu pengadaan yang tidak diketahui oleh pimpinan.
“Ini merupakan modus operandi. Jadi, ini saya katakan bukan hal main-main dan bukan hal sepele. Kita menyusun barang milik negara harus diwujudkan kebenarannya,” tegas Muharam.
Kedua, Sesban berpesan kepada para pengelola agar terus berkoordinasi dengan atasan. Koordinasi bisa dilakukan dengan Kasubag TU di Puslitbang, misalnya, atau dengan Kapus atau Kabid di unit eselon 2.
“Ini supaya dalam menyusun sesuatu diketahui pimpinan. Contoh, kita usulkan ternyata justru tidak penting. Ada juga yang tidak kita usulkan, ternyata malah penting. Dalam hal ini kita bisa salah,” tuturnya.