Pesan ‘Partai Sosial Media’ buat Fadli Zon & Golkar
Calon pengganti Ketua DPR yang semula disepakati semua fraksi di DPR untuk diserahkan kepada Golkar menunjuk salah satu kadernya, ternyata tak berjalan mulus. Aziz Syamsuddin yang mengantongi ‘surat wasiat’ dari Ketua DPR Setya Novanto (Setnov) untuk menggantikannya, ternyata malah jadi bulan-bulanan penolakan. Oleh para rivalnya, Azis dianggap terlalu ‘anak emas’nya Setnov. Yang artinya menolak Golkar pro status quo.
Realita ini jelas menunjukkan mayoritas fungsionaris Golkar menghendaki suatu langkah politik yang ‘move on’. Artinya tak ingin stagnan alias keadaan status quo yang kental berbau kepentingan politik kubu Setnov. Sekaligus keputusan menunjuk Plt Ketua DPR yang bukan dari kader Golkar pasca datangnya ‘surat wasiat’ Setnov, memberi indikasi kuat bahwa kepengurusan Golkar yang akan datang dipastikan akan bersih dari para kader Golkar yang terindikasi sebagai kepanjangan kepentingan politik Setnov. Tentunya setelah Ketua Umum barunya terpilih lewat Munas Luar Biasa Golkar yang pasti digelar dalam waktu tidak akan lama lagi.
Dengan adanya ‘perang saudara’ dalam tubuh Golkar ini, Fadli Zon ketiban rezeki politik, dinobatkan sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPR RI. Posisi ini disandang Fadli Zon sampai hari dimana Golkar telah berhasil menunjuk siapa kader yang pas mewakili Golkar menggantikan posisi Ketua DPR RI. Ketua yang pas menggantikan Setnov yang sampai saat ini masih mendekam di penjara KPK. Siapa yang akan dipercaya? Yang pasti bukan Aziz Syamsuddin!
Adanya gejolak di dalam tubuh kepengurusan Golkar ini banyak mendapat tanggapan dan reaksi dari para pengamat. Tapi masyarakat umum penghuni dunia maya, lebih tertarik menyoroti figur Plt Ketua DPR yang sering tampil heboh dan bikin heboh jagat kaum nitizen. Seorang politisi yang gemar menggunakan medium puisi saat memberi komentar atau melontarkan jawaban dan sindiran yang sarkastik ke kubu lawan. Sosok yang sempat menghebohkan dunia maya dengan posenya bersama tokoh Zionis Mr Donald Trump!
Atas perilaku politiknya yang sangat akrab dengan dunia sensasi dan kontroversi ini, publik banyak yang berharap agar pada saat menjalankan tugas sebagai Plt Ketua DPR RI, Fadli Zon bisa menahan diri terhadap banyak hal. Terutama menahan ‘birahi politik’ seorang kader partai yang terpicu oleh nafsu syahwat politik sebagai aktivis partai di lapangan politik praktis. Diharapkan pada saat duduk sebagai Plt Ketua DPR, Fadli Zon lebih menonjolkan sikap kenegarawanan. Walau hal ini tentu tak mudah karena tak biasa, publik berharap dan tentunya turut juga mendoakan.
Bila kisruh dalam tubuh Golkar terus berlarut berkepanjangan dan kepemimpinan Plt Fadli Zon banyak memproduksi gesekan politik yang tak perlu, banyak yang berpendapat agar kepemimpinan di tubuh DPR dilakukan kocok ulang. Toh komposisi dukungan politik saat memilih paket kepemimpinan DPR saat itu, Golkar dan PAN masih berdiri di luar ring pemerintahan. Ditambah lagi posisi politik Fahri Hamzah mewakili partai apa jika PKS telah memecatnya? Maka tidaklah berlebihan bila lontaran usul kocok ulang cukup ramai digagas publik nitizen.
Usul ini tentu tidak harus didengar dan dilaksanakan oleh para pimpinan partai sebagai ‘pemilik’ DPR. Walau pada realitanya, sekarang ini ‘partai’ terbesar dan paling berpengaruh di mata dan telinga publik adalah ‘Partai Sosial Media’. Sehingga ketika DPR RI yang resmi tidak berperan sebagai penyalur dan penterjemah kehendak rakyat, ‘Partai Sosial Media’ dalam bentuknya yang maya akan melahirkan DPR-nya sendiri. Bukan seperti yang dulu dikenal dengan DPR jalanan yang suaranya baru terdengar saat mereka secara masif berkumpul; tapi suara DPR dunia maya ini bisa bersuara dan mempengaruhi bahkan mengarahkan sikap publik setiap saat setiap menit!
Pesan publik kepada Fadli Zon dan harapan kepada Golkar agar mampu berbenah diri dan berbersih diri ini, merupakan pesan khusus dari ‘Partai Sosial Media’. Yah, boleh didengar, boleh juga dianggap angin lalu. Konsekuensinya baru akan dirasakan pada Pemilu 2019!
Selamat Pak Plt Ketua DPR dan sukses buat Golkar, minus usreg berkepanjangan!
*) Erros Djarot adalah budayawan, seniman, politisi dan jurnalis senior - Tulisan ini dikutip sepenuhnya dari laman Watyutink.com