Pesan Muhammadiyah Bojonegoro: Madrasah Ramadan Kembali ke Fitri
Ibadah puasa Ramadan, merupakan momentum yang tepat untuk menilai kembali keadaan jiwa dan raga yang kita miliki. Yaitu menghindari segala kemungkinan yang tidak diinginkan dan mempersiapkan diri menjalani hari esok yang membahagiakan.
“Kalau diibaratkan latihan (training) maka, setiap tahun kita dilatih kembali untuk prosesi dan keahlian khusus yang menegaskan karakter keimanan,” ujar KH Suwito, khatib pada Shalat Ied di depan Masjid At Taqwa, Kota Bojonegoro pada Jumat 21 April 2023.
Menurut Suwito, kalau jasmani memerlukan latihan yang intensif, maka rohani (jiwa) pun memerlukan latihan yang lebih serius dan holistic. Yaitu antara olahraga jasmani hendaklah diimbangi dengan olahraga rohani. “Kita telah melalui Madrasah Ramadan guna menjaga stabilitas mental spiritual yang dimiliki setiap insan,” tandas Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Bojonegoro ini.
Pada sholat dan ceramah Idul Fitri yang diikuti ribuan warga Muhammadiyah ini, KH Suwito menyebut, ketaatan menjalankan perintah agama, ibadah puasa dapat mengembangkan kualitas spiritual setiap insan beriman. Puasa juga menumbuhkan jiwa kasih saying dan mengembangkan fitrah insani sebagai hamba Allah yang bermartabat.
Pada bagian lain cemarahnya disebutkan, sembilan pesan. Pertama, jauhkan diri dari anggapan hidup itu mudah. Karena sebenarnya hidup adalah sulit. Karena ada ujian, dakian, perjalanan dan perniagaan. Kedua, jangan biasakan menyerahkan urusan hidup kepada orang lain. Karena hidup harus dijalani dan dipertanggungjawaban kepada Sang Khaliq.
Tiga, jangan biarkan mental peminta-minta menguasai diri seseorang. Karena mental peminta dan mengacaukan kemandirian dan melambatkan kemajuan. Keempat, jangan biarkan diri menjadi orang yang tidak bersedia menerima keebrhasilan orang lain. Tetapi belajalah menghargai dan menghormati orang lain.
Lima, Jangan biarkan budaya insan, dengan ambil jalan pintas merasuki generasi muda, karena budaya ini mempengaruhi masa depan. Enam, Jangan membudayakan ghibah karena ini merusak dan membodohkan. Tujuh sebagai seorang mukmin, jangan menjadi orang picik, bodo dalam mensikapi persoalan kehidupan.
Delapan, Jangan suka mencari kambing hitam dan menyalahkan orang lain. Sembilan, harus twegas dan menghindari nilai negatif yang tidak sejalan dengan Al Quran dan Sunnah.
Yang juga penting, lanjut KH Suwito, dalam ceramahnya, saat kembali merayakan Idul Fitri, ada baiknya sebagai warga merasakan betapa pahit dan susahnya berkehidupan. Apalagi masih banyak warga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sementara banyak pejabat negara yang pamer kekayaan.
”Sungguh ironis, saat Ramadan penyalahgunaan wewenang yang bermuara pada gaya hidup hedonis dan sekular, mereka menyalahgunakan wewenang untuk mengeruk harta kekayaan yang jelas-jelas menyalahi undang-undang dan ini menciderai rakyat,” tegas pensiunan Kepala Deartemen Agama Kota Surabaya ini.