Pesan Khusus Kiai Cholil As'ad Jelang Istighotsah Kubro
Jakarta; Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur akan mengadakan Istighotsah Kubro, pada Ahad, 9 April mendatang, mulai pk 06.00 WIB. Kegiatan ini diperkirakan akan dihadiri 500 ribu warga Nahdliyin dari pelbagai daerah di Jawa Timur.
Setidaknya, 44 PCNU di provinsi yang menjadi kantong utama NU akan mengikuti kegiatan bertajuk “Mengetuk Pintu Langit, Menggapai Nurullah” ini.
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. (QS. At-Taubah [9]: 32)
Sebuah fragmen, memberikan gambaran tentang tengara atau isyarah yang diperoleh para ulama menghadapi kondisi zaman kita kini.
Pada Senin, 13 Maret 2017, KH Kholil As’ad, lebih dikenal panggilan Ra Kholil, Pengasuh PP Walisongo Situbondo, bersilaturahmi ke Kantor PWNU Jawa Timur. Kebetulan ada Rapat jajaran Syuriah PWNU Jatim, seperti KH Anwar Manshur, KH Anwar Iskandar, KH Agoes Ali Masyhuri, KH M Hasan Mutawakkil Alallah, KH Sholeh Qosim, dll.
Di tengah-tengah rapat, Kiai Kholil As’ad diberi kesempatan untuk memberikan pesan-pesan, yang nyatanya memang khusus untuk kehidupan warga NU dan kehidupan bangsa Indonesia.
Agaknya, substansi isinya sama seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Pada Rabu pagi, 3 September 2014, KH Kholil As’ad, menemui – antara lain – KH Miftachul Akhyar (Rais) dan KH Masyhudi Muchtar, MBA (Wakil Katib). Kedatangan putra Kiai As’ad Syamsul Arifin yang tergolong usia muda tapi berpikiran sepuh itu membawa pesan penting buat pengurus Nahdlatul Ulama.
Ia mengingatkan suatu peristiwa sejarah menjelang berdiri Nahdlatul Ulama pada 1926. Ketika itu Kiai Kholil Bangkalan sedang menemui beberapa kiai yang datang ke pesantrennya. Syaikhona Kholil berpesan supaya organisasi yang akan didirikan oleh para ulama pesantren, Nahdlatul Ulama, harus selalu menyertakan “nurullah” dalam setiap langkahnya. Kemudian NU-pun berdiri dengan salah satu bekal penting pesan Syaikhona itu.
Yang dimaksud “nurullah” di situ adalah petikan dari satu ayat Al-Quran yang tafsirannya kita papar tersebut. Di sana disebutkan bahwa sejak lahirnya Islam, kaum kafir selalu berusaha memadamkan nurullah. Dan itu juga dirasakan oleh Syaikhona Kholil pada masanya, sehingga perlu ada upaya menanggulanginya. Salah-satunya dengan mendirikan Jamiyah Nahdlatul Oelama atau NO.
Ra Kholil sekarang ini juga merasa sangat prihatin. Dan ini yang membawanya memerlukan safari menjumpai PWNU dan pihak-pihak lain terkait. Katanya, “realitas lehidupan masyarakat saat ini bisa dirasakan, bahwa nurullah itu sudah dilupakan dan ditinggalkan oleh masyarakat. Bahkan oleh warga NU sendiri.”
Jadi nurullah sudah padam, atau paling tidak sudah meredup. Selain karena upaya terus-menerus kaum kafir, jangan-jangan itu karena tangan kita sendiri. Demikian sebagaimana dikutip Majalah Aula, edisi Oktober 2014.
Ra Kholil tidak menyebut “pengurus NU” tapi setiap pengurus pasti termasuk “warga NU”. Dalam hal ini diberi contoh: Gerakan pengembangan ekonomi rakyat. Yang didengungkan, menjadi fokus dan target selama ini hanya pengembangan ekonominya. Tidak ditekankan perlunya kejujuran dalam berekonomi. Padahal Rasulullah sangat memuji kemuliaan pedagang yang jujur, atau at-tujjar ash-shadduq.
Jadi di sini telah melupakan nurullah dalam berekonomi. Itu sekadar contoh. Bidang-bidang lain juga sama saja. Misalnya pendidikan, kesehatan, pertanian, politik, bahkan bidang dakwah. Di sana nurullah nyaris padam. Semua dilakukan untuk tujuan jangka pendek, bukan untuk menggebyarkan nurullah.
Oleh karena itu Ra Kholil – yang dipercaya orang mempunyai mata batin yang tajam – menggugah, Nahdlatul Ulama harus mengingatkan seluruh masyarakat pentingnya nurullah dalam semua aspek kehidupan. “Lebih-lebih bagi kalangan warga NU sendiri, terutama para pengurus dan para kader NU yang bergerak pada semua bidang dan tingkatan,” tandasnya.
“Turun Gunung” yang dilakukan Ra Kholil menandakan seriusnya keadaan. Meski begitu dengan rendah hati Kiai Khos ini mengutip ucapan Nabi Syu’aib AS: “in uridu illal ishlaha mastatha’tu. Wama taufiqi illallah.” Aku hanya bermaksud mendatangkan perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah.
Mari kita patuhi peringatan ini. Jangan terlanjur sampai terjadi pada para hukama, bashirah-nya dikalahkan oleh bisyarah, mata hatinya tunduk kepada besarnya imbalan uang. Na’uzubillah. (adi)
Advertisement