Pesan Islam dengan Satire, Ini Gaya Mahbub Djunaidi
Jakarta: “Mahbub adalah manusia ruang yang bisa menampung kebencian, kekecewaan, keindahan, dan segalanya. Dunia berada dalam genggamannya, bukan di dalam hatinya. Ia ubah tragedi menjadi komedi. Tulisannya tajam, aktual, dan terpercaya. Mirip slogan Liputan Enam. Bedanya, Liputan Enam tidak lucu”.
Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, mengungkapkan hal itu, ketika hadir pada acara Haul ke-22 Mahbub Djunaidi yang diselenggarakan oleh Komunitas Omah Aksoro dan PMII Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, Kamis (5/10/2017) malam.
Even bertajuk Mahbubian Nge-Jazz: Jazz dan Esai-esai Mahbub Djunaidi itu disambut dan diapresiasi penuh oleh Imam Nahrawi. Dirinya merasa beruntung bisa hadir dalam kegiatan tersebut.
“Malam ini saya merasa beruntung bisa hadir di sini. Mahbub adalah sosok yang menginspirasi. Mahbub adalah guru kita, inspirator bagi anak-anak muda. Pemikirannya ia tuliskan dengan tinta yang kritis dan menjadi torehan sejarah. Karena itu, kini ia melegenda di kalangan anak muda, di anak-anak PMII khususnya,” ungkapnya disambut meriah tepuk tangan hadirin.
Catatan ngopibareng.id, kolom-kolom Mahbub Djunaidi semasa hidupnya kerap muncul di sejumlah media, seperti Kompas dan Tempo. Dengan gaya humoris, sekaligus satiris, Mahbub Djunaidi menyampaikan kritik dan pesan-pesan Islam dari sudut pandangan seorang Nahdliyin.
Pada kesempatan itu, pria yang belum lama mendapat gelar doktor honoris causa di UIN Sunan Ampel Surabaya ini membacakan manakib melalui esai untuk almarhum Mahbub yang berjudul “Manusia Ruang”.
Demikian kata lelaki kelahiran Bangkalan Madura yang pernah menjadi Ketua PC PMII Surabaya dan Ketua PKC PMII Jawa Timur ini.
Acara yang diselenggarakan oleh PMII Komisariat Unusia dan Komunitas Omah Aksoro itu juga berbarengan dengan peluncuran buku karya Isfandiari MD (putra Mahbub Djunaidi) dan Iwan Rasta, berjudul Bung: Memoar tentang Mahbub Djunaidi dan buku kumpulan esai dengan judul Simulakra Republik Tagar buah karya Komunitas Omah Aksoro.
Menyoal buku Bung: Memoar tentang Mahbub Djunaidi, Imam Nahrawi berniat untuk meresensinya.
“Jujur, saya memang belum baca buku (Bung, red.) ini. Tapi, saya akan membaca dan berniat untuk meresensinya,” ujar Menpora, yang juga pernah menjabat sebagai Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya 1994-1995.
Usai pembacaan manakib pertama oleh Imam Nahrawi, acara dilanjutkan dengan pembacaan manakib dari berbagai tokoh dan aktivis, diiringi dan diselingi penampilan musik jazz dari Beben Jazz dan Komunitas Jazz Kemayoran (KJK).
Selain Menpora, hadir pula pada kesempatan itu Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini, Ketua PBNU M. Sulton Fatoni, Ketua PBNU Syahrizal Syarif, dan Maksum Machfoedz selaku Rektor Unusia. Sedang dari pihak almarhum Mahbub, hadir putranya Isfandiari Mahbub Djunaidi dan Yuri Mahatma beserta keluarga. (adi)