Pesan Ibnu Sina Tetap Aktual, Bergema di Tengah Pandemi Covid-19
Peran Islam dalam kontribusinya terhadap peradaban dunia telah diakui sejarah. Melahirkan tokoh-tokoh di berbagai bidang. Ibnu Sina, di Barat dikenal sebagai Avicenna, berperan dalam dunia pengetahuan dan kedokteran.
Karya Ibnu Sina yang monumental, Qanun fi Thib atau Canon of Medicine dan Asy Syifa, menjadi rujukan utama pengembangan ilmu kedokteran modern.
Di tengah pandemic Covid-19 atau wabah Virus Corona saat ini, nama Ibnu Sina kembali muncul. Ia terkenal menyampaikan pesan-pesan bagi kehidupan. Pesannya tetap aktual hingga sekarang.
Berikut di antara pesan Ibnu Sina, akan kondisi saat ini:
الوهم نصف الداء، والإطمئنان نصف الدواء، والصبر أول خطوات الشفاء
"Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah langkah awal kesembuhan." (Ibnu Sina)
Dikutip dari tulisan Ibn Sina (Avicenna): The Prince Of Physicians dari Samir S Amr dan Abdelghani Tbakhi, Ibnu Sina telah mempraktikkan ilmu kedokteran di usia belasan. Ibnu Sina, dengan izin Allah SWT, berhasil menyembuhkan Sultan Bukhara yang mengalami penyakit infeksi serius. Penyakit yang dialami raja bernama Nuh Ibn Mansour tersebut tidak dijelaskan detail.
Dengan keberhasilan ini, Ibnu Sina ketika itu berusia 18 tahun, memiliki reputasi yang sangat baik. Sebelumnya pada usia 10 tahun, ilmuwan asal Persia ini belajar semua jenis ilmu dan di umur 13 tahun mulai belajar kedokteran.
Ibnu Sina juga belajar hukum, logika, ilmu alam, dan filsafat selama 6 tahun serta mengkhatamkan Al-Qur'an di umur 10 tahun.
"Kedokteran bukan ilmu yang sulit atau punya banyak rintangan seperti matematika dan metafisika, sehingga aku membuat banyak kemajuan. Selanjutnya aku bisa menjadi ilmuwan yang baik dan mulai menangani kasus penyakit. Tentunya dengan ilmu pengobatan yang telah terbukti baik untuk pasien," kata Ibnu Sina dikutip dari tulisan yang dimuat di jurnal Annals of Saudi Medicine dan diunggah di situs US National Library of Medicine National Institute.
Penguasa kerajaan di negeri itu membuka akses perpustakaan kerajaan Samanid. Sehingga, Ibnu Sina berkesempatan belajar lebih baik. Setelah kejatuhan Samanid, Ibnu Sina pindah ke wilayah Jerjan dekat Laut Kaspia.
Ibnu Sina mengajar astronomi, logika dan menulis bagian pertama dari Canon of Medicine. Ilmuwan yang dipengaruhi Al-Farabi ini, juga sempat tinggal di wilayah Hamadan.
Di wilayah tersebut, Ibnu Sina berperan dalam kesembuhan Prince Emir Shams Al-Dawlah dari Dinasti Buyid. Sang pengeran mengalami kolik parah yang menyebabkannya menangis tanpa henti. Kondisi ini biasanya disebabkan kondisi pencernaan yang belum sempurna, perasaan tidak nyaman, atau kondisi lain yang mengakibatkan bayi menangis hingga lebih dari tiga jam sehari.
Dalam tulisan The Air of History (Part V) Ibn Sina (Avicenna): The Great Physician and Philosopher dari Rachel Hajar MD, Ibnu Sina disebut menulis Qanun pada usia 21 tahun. Ilmuwan yang lahir pada 980 ini dikenal sebagai sosok religius dan mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar Namun Avicenna juga sangat suka belajar, serius, dan menghabiskan banyak waktunya untuk menulis.