Perundungan Timnas U-17 di Sosmed, Psikolog: Ada Pemain Terdampak
Dalam gelaran Piala Dunia U-17, Timnas Indonesia U-17 berhasil mengkoleksi 2 poin dari 2 laga. Namun, capaian itu tak cukup untuk mengantarkan anak asuh Bima Sakti lolos ke babak 16 besar.
Hasil tersebut, rupanya menuai kritik dari netizen Indonesia di media sosial. Bahkan, tak sedikit makian yang diterima para pemain yang masih berumur 17 tahun tersebut.
Psikolog Timnas Indonesia U-17, Afif Kurniawan tak memungkiri bahwa ada pemain Timnas U-17 yang terdampak oleh perundungan tersebut. Meski tak semua pemain terdampak, ia mengakui ada beberapa pemain yang terimbas perundungan di media sosial tersebut.
"Saya tidak bisa pungkiri ada pemain yang memang terdampak," katanya saat ditemui Media Center Piala Dunia U-17, Kamis, 23 November 2023.
Mengatasi hal tersebut, pihaknya pun bergerak cepat memulihkan mental pemain. Pasalnya, para pemain harus fokus pada target berikutnya.
"Meskipun tim sudah dibubarkan. Tapi kami terus mendampingi untuk memastikan zero effect pada para pemain. Karena mereka sudah harus kembali ke klub atau fokus dengan target ke depannya," terang Afif.
Sebenarnya, ujar Afif, para pemain sudah dibekali dengan benteng pertahanan mental sejak awal tergabung dalam Piala Dunia U-17, sehingga saat dinyatakan tidak lolos para pemain sudah memiliki pertahanan mental. Pihaknya melakukan assessment psikologi meliputi kapasitas intelegensi, kemampuan dan keterampilan emosional.
"Terkait kegagalan lolos babak 16 besar. Pendekatan baru dilakukan 24 jam setelah dinyatakan, karena wajar untuk merasakan sedih atau kecewa. Ternyata benar, setelah dilakukan pendekatan, pemain sudah bisa move on dan fokus pada target mereka selanjutnya," terang Afif kepada awak media.
Mengenai kritikan netizen di media sosial, pihaknya merasa heran. Lantaran perundungan yang dilakukan ibarat membuat pincang salah satu elemen dalam sepak bola Indonesia. Ada empat elemen pendukung keberhasilan sepak bola, yakni fisik, teknik, taktik dan mental.
"Sebenarnya, kalau kritik sebenarnya para pemain penerima akan terima. Kita ambil contoh kasus selebrasi Kaka kemarin, apa yang salah ketika seseorang senang dan ingin merayakan. Sebenci itukah dengan selebrasi. Mari coba selaras dengan apa yang kita kerjakan," paparnya.
Menurutnya, netizen juga tidak boleh lupa bahwa para pemain masih remaja dan perlu pendampingan. "Mereka remaja yang harus didampingi, itu tidak boleh dilupakan," katanya.
Ia pun berharap, netizen Indonesia bisa lebih bijaksana dalam melontarkan komentar, khususnya di media sosial.
"Komentar negatif akan menghambat Timnas Indonesia. Publik mau sampai kapan. Pemain akan menerima segala bentuk masukan tapi bukan perundungan," tandasnya.