Pertemuan Pemberi Sedekah dan Penerima Sedekah di Akhirat
Pesantren kami, Alhamdulillah, ada saja yang digerakkan oleh Allah untuk bersedekah, baik keperluan bangunan, sembako untuk santri, hingga yang tak kalah pentingnya adalah sedekah untuk penunjang SDM para santri. Alhamdulillah, kemarin telah kami terima 3 set komputer yang akan digunakan para santri untuk ujian online maupun pelatihan lainnya.
Kepada para santri, saya kenalkan para donatur agar selalu mendoakan. Sebab jalan sedekah disebut dalam banyak hadis menjadi jalan keselamatan di akhirat, seperti hadis ada 2 orang yang satu memiliki air dan satunya kehausan. Pemilik air mengalah untuk bersedekah air kepada orang tersebut. Namun tiba-tiba di padang Mahsyar mereka dipertemukan.
Pemberi sedekah yang menyapa lebih dulu:
ﻳﺎ ﻓﻼﻥ، ﺃﻣﺎ ﺗﻌﺮﻓﻨﻲ؟ " ﻗﺎﻝ: " ﻓﻴﻘﻮﻝ: ﻣﻦ ﺃﻧﺖ؟ ﻗﺎﻝ: ﺃﻧﺎ ﻓﻼﻥ اﻟﺬﻱ ﺁﺛﺮﺗﻚ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻲ ﻳﻮﻡ اﻟﻤﻔﺎﺯﺓ ". ﻗﺎﻝ: " ﻓﻴﻘﻮﻝ: ﺑﻠﻰ. ﺃﻋﺮﻓﻚ ". ﻗﺎﻝ: " ﻓﻴﻘﻮﻝ ﻟﻠﻤﻼﺋﻜﺔ: ﻗﻔﻮا، ﻭﻳﺠﻲء ﺣﺘﻰ ﻳﻘﻒ ﻭﻳﺪﻋﻮ ﺭﺑﻪ ﻓﻴﻘﻮﻝ: ﻳﺎ ﺭﺏ، ﻗﺪ ﺗﻌﺮﻑ ﻳﺪﻩ ﻋﻨﺪﻱ، ﻭﻛﻴﻒ ﺁﺛﺮﻧﻲ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ، ﻳﺎ ﺭﺏ، ﻫﺒﻪ ﻟﻲ ". ﻗﺎﻝ: " ﻓﻴﻘﻮﻝ: ﻫﻮ ﻟﻚ، ﻭﻳﺄﺧﺬ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻴﺪﺧﻠﻪ اﻟﺠﻨﺔ "»
"Wahai Fulan, apakah kau mengenalku? Fulan: "Siapa anda?" Ia menjawab: "Aku yang dulu memberi minum di hari kesulitan". Fulan: "Ya, aku kenal anda". Ia berkata pada malaikat: "Hentikan dulu". Ia datang berdiri dan berdoa kepada Allah: "Wahai Tuhanku. Engkau maha tahu bahwa dia punya andil dalam diriku dan telah menolongku. Terimalah wahai Tuhanku!" Allah menjawab: "Itu untukmu." Ia memegang tangannya lalu Allah masukkan ke surga" (HR Abu Ya'la dari Anas bin Malik)
Hadis ini dijadikan dalil oleh Al-Hafidz Al-Haitsami bahwa sesama Muslim yang saleh bisa saling memberi syafaat di hari kiamat.
Tidak henti-hentinya saya haturkan Jazakumullah Khoiron Katsiron kepada para donatur.
Membekali Nak-kanak
Mumpung anak saya liburan pondok dan ngumpul di Suramadu, saya gunakan waktu untuk mengenalkan teknologi dan aplikasi ngajinya. Sebab ke depan mau tidak mau mereka akan bertemu dengan teknologi. Dari pada mereka nyasar-nyasar menggunakan alat canggih ini, mending saya ajarkan supaya punya filter.
Saya dulu termasuk tipe "all thumbs", tidak terampil sama sekali menggunakan komputer. Namun perlahan sudah bisa menggunakan teknologi ini. Karena tuntutan keadaan mengharuskan saya mampu menggunakan aplikasi kitab di alat teknologi.
Anak-anak kita berbeda zaman kelahirannya. Makanya ulama kita ada yang mengutip sebuah maqalah (bukan hadis dan bukan Atsar Sahabat) yang sudah populer:
" لا تكرهوا أولادكم على آثاركم ، فإنهم مخلوقون لزمان غير زمانكم ".
"Jangan paksa anak kalian mengikuti jejak kalian. Karena mereka tercipta di masa yang tidak sama dengan kalian" (Syahrastani, Al-Milal wa Nihal, 2/144)
Di akhir pengenalan ini saya pesankan: "Alat teknologi ini, Nak, bisa dipelajari secara mandiri atau otodidak, yang penting punya dan dipakai tiap hari. Sama seperti motor, makin sering memakai tentu makin lihai memakainya. Tapi ilmu agama harus dipelajari melalui guru, tidak bisa otodidak". Inilah poin utama yang ingin saya tanamkan agar mereka tetap kembali ke pesantren hingga lulus.
KH Muhammad Ma'ruf Khozin, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Suramadu, Bangkalan, Madura.
Advertisement