Pertemuan Gus Sholah-KH Said Obati luka Muktamar Jombang
Pertemuan antara Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dengan Pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Solahudin Wahid (Gus Sholah), di Ponpes Tebuireng pada Sabtu 29 Desember 2018, merupakan pertemuan yang istimewa.
Sejak Muktamar ke 33 NU di Jombang 1-5 Agustus 2016, dua tokoh NU ini belum pernah ketemu. Beberapa Anggota PBNU berharap pertemuan Said dengan cucu pendiri NU KH Hasyim Asy'ari ini dapat membuat iklim yang lebih baik untuk NU ke depan.
Hubungan antara Said dengan Gus Sholah sempat memanas, karena sama sama mencalonkan diri sebagai ketua umum PBNU. Namun Muktamar memilih Said, untuk memimpin kembali NU, organisasi keagaman terbesar ini.
KH Said Aqil saat dihubungi Ngopibareng, Minggu 30 Desember 2018, mengatakan tidak ada yang istimewa dalam pertemuannya dengan Gus Sholah tersebut.
Meskipun jarang bertemu dengan Gus Sholah, tapi ikatan batinnya tetap terjaga dengan baik. "Kita harus berpikir ke depan. Saya dengan Gus Sholah tidak ada apa apa," kata Said.
Pertemuan yang berlangsung hampir dua jam digambarkan cukup hangat dan menyenangkan.
Selain bertemu dengan Gus Sholah dan keluarnya, Said yang datang beserta istrinya, juga berziarah ke Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) serta makam KH Hasyim Asy'ari dan Makam ayah Gus Dur KH Wahid Hasyim di komplek Ponpes Tebuireng.
Meskipun Said mengatakan tidak ada masalah dengan Gus Sholah, tapi Muktamar ke-33 NU di Jombang sempat 'memanas' bahkan beberapa hari sebelum dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sabtu, 1 Agustus 2015 lalu. Pemicunya adalah penggunaan sistem Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) untuk pemilihan Rois Aam PBNU 2015-2020.
Sejumlah pengurus wilayah dan cabang NU menolak menggunaan sistem AHWA untuk pemilihan Rois Aam. Puncak prahara terjadi pada Minggu 2 Agustus 2015 malam, saat peserta muktamar nyaris baku hantam di sidang pleno.
Insiden nyaris baku hantam itu membuat sejumlah kiai sepuh prihatin. Keesokan harinya, Senin 3 Agustus 2015, Gus Mus sampai menangis di sidang pleno untuk menenangkan muktamirin.
Gus Mus terdengar penuh isak dalam menyampaikan sambutannya. Sementara suasana arena sidang hening. Semua muktamirin mendengarkan. Tak hanya menangis, bahkan kiai yang terkenal dengan kerendahan hatinya itu sampai akan mencium kaki muktamirin demi untuk menenangkan suasana.
"Mohon dengarkan saya, dengan hormat kalau perlu saya mencium kaki-kaki anda semua agar mengikuti akhlakul karimah, Akhlak KH Haysim Asy'ari dan pendahulu kita," pinta Gus Mus kepada muktamirin.
Tangisan Gus Mus pun berhasil meredam suasana. Tak lagi gaduh, tahapan demi tahapan muktamar dilanjutkan. Namun pilihan tetap dengan sistem Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA).
Dalam Muktamar ke 33 ini selain memilih KH Said Aqil sebagai ketua Tanfidiyah, juga menetapkan KH Ma'ruf Amin sebagai Rais A'am PBNU. (asm)