Pertegas Kembali Bela Palestina, PBNU Siap Bicara dengan Israel
Dalam sejarahnya, Nahdlatul Ulama sebagai kekuatan Islam di Indonesia sejak tahun 1930an, menyatakan dukungan pada perjuangan rakyat Palestina untuk membebaskan diri dari jajaran zionis Israel. Dukungan itu tak luntur hingga kini.
Lebih dari itu, NU pun melakukan dialog dengan pihak Israel, sebagaimana dirintis Gus Dur dan dilanjutkan oleh tokoh NU generasi sesudahnya. Mereka mengusung konsep Islam welas asih, mempromosikan di depan Israel. Di samping itu, NU mendorong perjuangan rakyat Palestina untuk membebaskan diri agresi zionis Israel.
Sayangnya, dukungan moral material yang telah dilakukan NU seolah tertutupi oleh gaungnya kelompok-kelopok yang bersuara lantang yang muncul belakangan dalam membela Palestina. Sehingga, mereka menganggap NU sepi dalam memberi dukungan pada perjuangan rakyat Palestina itu.
Dalam percaturan politik global, belakangan muncul rumor mengenai Indonesia akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Hal itu berkembang dalam kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken ke Jakarta Desember 2021.
Fokus pada Perjuangan Kemanusiaan
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026, KH Yahya Cholil Staquf, mengingatkan, pihaknya mendorong, agar Indonesia tetap fokus pada permasalahan kemanusiaan di Palestina.
“Saya tidak punya rekomendasi untuk masalah-masalah politik terkait dengan hubungan Israel Indonesia dan lain-lain ya itu tentu pemerintah punya pertimbangan tersendiri.
"Tetapi, yang saya ingin serukan terus-menerus adalah bahwa kita harus tidak menggeser perhatian kita fokus kita pada dimensi kemanusiaan dari nasib rakyat Palestina,” kata Gus Yahya, di sela-sela peringatan 57 tahun Gerakan Nasional Pembebasan Palestina (Fatah), di Kedutaan Besar Palestina, Jakarta, Senin.
Yahya Cholil Staquf menambahkan, adanya wacana untuk membuka diplomasi dengan Israel yang pernah diutarakan oleh Presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur, dinilai perlu disesuaikan kembali dengan konteks yang ada saat ini.
“Kita harus melihat kembali perkembangannya. Karena, kita tidak boleh apa namanya berhenti pada hanya satu wacana saja. Karena, ketika Gus Dur bicara tentang itu tentang kebutuhan untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel, ini kaitanya adalah sebagai sebagai wasilah sebagai media untuk memperjuangkan nasib rakyat Palestina. Kita harus lihat dimensi apa konteks realitas politik yang ada kita sekarang dan apa langkah yang paling tepat terkait dengan Israel ini,” ujarnya.
“Tapi, sekali lagi pertama-tama kita harus kembali dulu kepada semangat awal dari semua perjuangan ini yaitu berjuang untuk kemanusiaan,” tuturnya.
Menurut Yahya Cholil Staquf pencapaian jalan keluar dari masalah Palestina bisa ditempuh dengan berbagai cara di luar diplomasi formal, termasuk pihaknya bersedia berbicara dengan Israel.
“Tentu, kita akan bicara dan tentu saja tidak dalam frame politik formal. Karena, kita tidak dalam posisi untuk melakukan itu. Tetapi, jelas pembicaraan dengan semua pihak kita lakukan. Dengan rakyat Palestina, dengan orang-orang Israel, dengan pihak-pihak.
"Karena, ini stakeholdernya bukan hanya stakeholder yang berkepentingan dalam persoalan ini. Bukan hanya Israel dan Palestina saja, tapi juga berbagai pihak, aktor-aktor global global yang lain baik di barat aku di Timur Tengah. Kita harus bicara dengan semua pihak,” jelas Gus Yahya.
Menurut Kiai Yahya Cholil, PBNU berkomitmen untuk terus mencari solusi dari masalah yang dihadapi rakyat Palestina.
“Kami ingin mencari jalan apapun yang tersedia sesempit apapun, untuk membuat terobosan-terobosan agar rakyat Palestina mendapat kesempatan untuk membangun masa depan,” ucapnya.
Faksi-Faksi Palestina Pikirkan Nasib Rakyat Palestina
Selain, Ketua Umum PBNU periode 2021-2026 menilai, faksi-faksi politik di Palestina perlu meletakkan berbagai kepentingan subjektif dan fokus berpikir mengenai nasib rakyat Palestina.
“Ini bukan hanya untuk bangsa Palestina tapi untuk seluruh kemanusiaan. Karena, kita harus bisa memahami sekarang bahwa nasib Palestina itu sebenarnya nasib kemanusiaan. Masalah rakyat Palestina ini telah menjadi noda kemanusiaan sekian lama dan dunia harus sungguh-sungguh mencari jalan untuk memberikan masa depan yang layak, yang mulia bagi rakyat Palestina. Supaya seluruh kemanusiaan juga berhak untuk mendapatkan peradaban yang lebih mulia,” tutur Gus Yahya.