Pertanian Organik di Mojokerto Beromzet Puluhan Juta
Twelve’s Organic, sebuah komunitas profesi petani organik di Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto mampu mengembangkan pertanian hingga mampu memiliki omzet hingga Rp 20 juta per bulan.
Twelve’s Organic di Desa Claket berdiri pada tahun 2017 berkat perjuangan Maya Stolastika 38 tahun dan sahabatnya Herwita Rosalina alias Wita 35 tahun.Sekarang Twelve’s Organic, telah menggarap 13 kebun di Dusun Claket dan Mligi Desa Claket, dengan lahan garapan seluas 1,5 hektare.
Bukan hanya itu, Twelve’s Organic juga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi warga setempat. Total terdapat 14 warga setempat sebagai petani, 13 di antaranya emak-emak yang menjadi anggota di Twelve’s Organic.
Saat ini, Twelve’s Organic menghasilkan 70 jenis buah, sayur dan umbi-umbian dari lahan 1,5 hektare. Antara lain sawi, bayam merah, selada hijau dan merah, romen hijau dan merah, penino, kenikir, ketela ungu, kuning dan oranye, bote, ganyong, singkong, bayam raja, labu siam, kentang, mocaf, timun, jagung, siomak, sawi putih, brokoli, terong, tomat, pokcoy, wortel, seledri, pagoda, beetroot, kale, lemon, serai dan caisim.
Buah yang dikembangkan oleh Twelve’s Organic fokus membudidayakan 4 jenis beri. Yaitu stroberi, rasberi, mulberry dan blackberry.
“Setiap negara punya beri. Tuhan menciptakannya sebagai penangkal radikal bebas. Namun, orang Indonesia umumnya tidak mengonsumsi beri padahal manfaatnya tinggi, dia antioksidan. Kalau semua orang terbiasa konsumsi beri, ga gampang sakit,” jelas Maya, Selasa 4 April 2023.
Semua hasil panen disetorkan 4 kelompok ke Twelve’s Organic. Menurut Maya, pihaknya sudah memberi patokan harga untuk para petani yang dijamin stabil. Tak seperti pertanian organik yang harga komoditas kerap kali anjlok setiap kali panen raya. Produk pertanian organik ia pasarkan dengan harga rata-rata Rp 14.000 per Kg. “Dari 13 kebun itu kalau ditotal luasnya kurang lebih 1,5 hektare,” kata Maya.
Soal kebun, Twelve’s Organic menyewa dan sebagian merupakan milik petani anggota. 10 kebun Twelve’s Organic menyewa lahan, dan 3 kebun lainnya milik petani anggota Twelve’s Organic.
14 petani yang saat ini aktif, dibagi menjadi 4 kelompok. Yaitu Kelompok Madani beranggotakan 4 petani, Berdikari 3 orang, Miatani 5 orang, serta Swadaya 4 orang.
Maya dan Wita pada Twelve’s Organic juga menyediakan benih, sarana produksi (Saprodi) untuk semua anggotanya, serta mengelola pemasaran produk pertanian organik. Dua perempuan lajang asal Pandugo Kelurahan Penjaringansari Rungkut Surabaya ini juga melatih anggota Twelve’s Organic tentang pertanian organik.
Mulai dari teknik menanam, perawatan, tahap panen, cara membuat pupuk organik dan mengaplikasikannya, hingga teknik meracik pestisida nabati (Pesnab) dan cara menggunakannya. Bahkan, cara menjamin mutu produk pertanian organik juga mereka edukasikan.
"Penghasilan anggota kami cukup untuk belanja sehari-hari selain beras dan minyak goreng. Sehingga mereka tidak perlu minta ke suami. Kalau hasilnya Lebih dari itu alhamdulillah,” terang lulusan Sastra Inggris Unesa ini.
Alasan Maya dan Wita menggaet emak-emak karena beberapa pertimbangan. Pertama, emak-emak dinilai lebih cepat merespons edukasi tentang pertanian organik. Kedua, emak-emak tidak mempunyai beban sebagai tulang punggung keluarga. Sebab pertanian organik tidak bisa menghasilkan pendapatan secara instan. Selain itu, panen juga tidak langsung dalam jumlah besar.
“Juga terkait target kami regenerasi petani. Perempuan akan menjadi sekolah untuk anaknya bahawa menjadi petani itu menghasilkan,” ujarnya.
Sejak 2015, Maya dan Wita menolak mengikuti pasar mainstream untuk menjual produk pertanian organik. Secara perlahan mereka mengedukasi konsumen bahwa harga sayur, buah maupun umbi-umbian organik tidaklah mahal. Dengan menyentuh konsumen langsung, mereka juga bisa memainkan agar semua jenis produk laku.
“Kami edukasi konsumen bahwa harga yang mereka bayar adalah harga pantas, bukan mahal. Konsumen bagian dari kami. Hulu sampai hilir adalah relationship. Setiap 2 tahun kami gelar pertemuan dengan konsumen, kami blak-blakan soal harga. Targetnya membuat konsumen paham alasan harga pantas,” cetusnya.
Kini, Twelve’s Organic mempunyai 300 pelanggan rumah tangga, 4 toko organik dan 3 reseller. Ratusan konsumen pertanian organik itu tersebar di Malang, Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya, Gresik, Situbondo, Jakarta, Tangerang dan Bogor. Setiap pekan mereka bisa panen 3 kali. Setiap panen mereka mengirim produk 20-30 Kg kepada para konsumen. “Pendapatan sekali kirim Rp 1,5-2 juta, anggaplah Rp 5-7 juta per minggu,” ungkap Maya.
Twelve’s Organic juga membuka garden fresh market di Dusun Claket. Komunitas petani organik ini melayani tamu yang ingin belajar dan merasakan langsung bertani secara organik dari proses tanam sampai panen. Selanjutnya, para tamu bisa menyantap aneka menu organik yang dimasak tanpa MSG, serta menggunakan gula dari singkong.
Maya juga bekerja sama dengan wisata Air Terjun Surodadu dan fasilitas outbond di Desa Claket. Sehingga para pengunjung juga bisa berwisata. Untuk menikmatinya, harus lebih dulu memesan. Karena kunjungan untuk tamu hanya buka Jumat-Minggu.
“Biayanya minimal Rp 50 ribu per orang dapat snack, welcome drink dan panen bisa bawa sayur pulang. Kalau Rp 100 ribu per orang dapat makan siang,” tandasnya.
Advertisement