Persunting Gadis Palestina, Kisah Santri Mojokerto Ini Sangat Mengharukan
“Tidak sengaja ketemu di FB dan disambungkan dengan adik ipar yang kebetulan dulunya tinggal bersama di asrama kampus waktu itu," kata Syahru.
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku
turut berbahagia untukmu..
Apabila cinta tidak berhasil…
Bebaskan dirimu…
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas lagi...
Lebanon telah menampung pengungsi Suriah dan Palestina lebih dari 1 juta orang. Sebuah kondisi yang berdampak pada perekonomian, keamanan dan pembangunan infrastruktur dalam negeri.
Hasil Penelitian Lembaga InfoPro menyebutkan dampak krisis Suriah terhadap Perekonomian Lebanon, telah mengalami kerugian sebesar USD 9,8 Miliar. Baik yang diakibatkan oleh kondisi keamanan Suriah maupun keberadaan pengungsi di Lebanon.
Namun, krisis itu tak menghalangi dua insan yang memadu kasih untuk melangsungkan pernikahan di Negeri Penyair Gibran Kahlil Gibran. Demikianlah Kahlil Gibran pun menulis sajak-sajak tentang cinta di atas cukup mengesankan sekaligus mengharukan.
"Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya..
Tapi..ketika cinta itu mati..
kamu tidak perlu mati bersamanya
Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu
menang..MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika
mereka jatuh.."
(Sajak-sajak Cinta, Kahlil Gibran)
Acara Pernikahan antara Mahasiswa Indonesia di Lebanon, Muhammad Nur Syahru Tohari dan gadis asal Palestina, Manar Al-Huda Kassem. Keduanya telah resmi menjadi pasangan suami-istri yang sah. Resepsi digelar di Aula Hizbul Walaa, dekat dengan Mesjid Abu Haiydar, Beirut.
“Tapi biasa sewaktu masih di asrama dulu hanya seminggu sekali bisa dihubungi,” kata santri asal Mojokerto ini.
Momen bahagia itu berlangsung pada Sabtu lalu, dan dihadiri oleh Duta Besar RI untuk Lebanon HA Chozin Chumaidy, staf KBRI, para mahasiswa, keluarga dari masing-masing kedua mempelai, masyarakat Indonesia, sejumlah warga Lebanon, dan sejumlah warga asing non-Lebanon.
Ketika ditanya bagaimana bisa bertemu dengan gadis berdarah Palestina itu, Syahru menjawab dengan sederhana.
“Tidak sengaja ketemu di FB dan disambungkan dengan adik ipar yang kebetulan dulunya tinggal bersama di asrama kampus waktu itu," kata Syahru.
Syahru menambahkan, komunikasinya dengan calon istrinya berjalan lancar tanpa kendala.
“Tapi biasa sewaktu masih di asrama dulu hanya seminggu sekali bisa dihubungi,” kata putra asli Mojokerto tersebut.
Sementara, kata Syahru, keluarga di Indonesia menyambut ceria dan sangat bahagia dengan hubungan kami.”
Syahru yang telah menyelesaikan pendidikan S1-nya di Lebanon ini mengatakan rencana ke depan bahwa ia dan istrinya menetap di Indonesia. Hari Kamis beserta istri, Syahru berangkat ke kampung halaman, yaitu Mojokerto.
Acara resepsi ditutup dengan pemberian selamat dari seluruh hadirin, hiburan, dan foto bersama kedua mempelai, keluarga, undangan, lalu ramah tamah di aula tersebut. Dalam pernikahan itu, Syahru memberikan mahar berupa emas satu Liraa dan uang sebesar 10 ribu dolar Amerika. (adi)