Persiapan Koferwil NU Jatim, Gus Ali: NU Payung Bangsa
"Pelbagai persoalan kebangsaan dan masyarakat secara luas harus ditangani NU. Hajatan demokrasi (Pilkada Jatim) telah berakhir, karena itu ke depan peran NU sebagai pelayan masyarakat perlu ditingkatkan," kata Gus Ali.
KH Agoes Ali Masyhuri, menegaskan, Nahdlatul Ulama (NU) merupakan payung bangsa. Tentunya payung harus lebih besar daripada yang dipayungi. Kalau payungnya kecil, kudanan kabeh, kepanasan kabeh.
Pengasuh Ponpes Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo ini menegaskan hal tersebut, menyambut rencana digelarnya Konferensi Wilayah (Konferwil) Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur di Pesantren Lirboyo Kediri, tanggal 28-29 Juli mendatang. Sesuai dengan temanya, Konferwil NU kali ini “Meneguhkan Kembali NU sebagai Payung Bangsa“.
Meski terkesan mendadak, panitia tidak mengalami masalah dalam persiapannya. Karena, Panitia PWNU Jatim telah berkoordinasi dengan PCNU Kota Kediri dan PCNU Kabupaten Kediri, guna pelaksanaan dalam panitia lokal. Dengan digelarnya Konferwil NU Jatim ini, kepengurusan organisasi Islam terbesar berbasis di Jawa Timur ini, segera menuntaskan masa khidmatnya akhir bulan ini.
Sebelumnya, KH Muh Hasan Mutawakkil Alallah, Ketua PWNU Jatim, menegaskan pada rapat pleno terakhir 17 Juli, semuanya sudah dimusyawarahkan para masyayikh dan para kiai. Berdasarkan pertimbangan dan istikharah para ulama dan kiai, maka diputuskan Konferensi Wilayah pada 28-29 Juli 2018 ini.
Gus Ali mengingatkan, pelbagai persoalan kebangsaan dan masyarakat secara luas harus ditangani NU. Hajatan demokrasi (Pilkada Jatim) telah berakhir, karena itu ke depan peran NU sebagai pelayan masyarakat perlu ditingkatkan.
"Semuanya sudah dimusyawarahkan para masyayikh dan para kiai. Berdasarkan pertimbangan dan istikharah para ulama dan kiai, maka diputuskan Konferensi Wilayah NU pada 28-29 Juli 2018 ini," kata KH M Hasan Mutawakkil Alallah.
Terkait kunjungan Gubernur terpilih Khofifah Indar Parawansa ke PWNU Jatim, Rabu 18 Juli, Gus Ali mengingatkan, “Kehadiran ibu Khofifah ke PWNU jangan dianggap sebagai orang baru. Karena mantan Menteri Sosial tersebut memang kader NU, ketua umum PP Muslimat NU.”
“Bu Khofifah bukan orang baru, kader NU. Jadi kita harus berpikir cerdas, realistis, objektif, bukan mengada-ada,” tegasnya.
PWNU siap mendukung penuh kepemimpinan Khofifah demi sukses Jatim menjadi kiblat nasional.
“Semoga Bu Khofifah mampu mewujudkan Jawa Timur semakin makmur. Adil dalam kemakmuran, makmur dalam keadilan. Kita bangun dengan kebersamaan dan ketulusan,” ucapnya.
Apalagi, tandas Gus Ali, Khofifah merupakan sosok yang sudah teruji dan terbukti. Karena itu, yang perlu dilakukan kader NU sekarang adalah menjaga kebersamaan dan ketulusan untuk membangun Jawa Timur.
Sementara itu, Khofifah menjelaskan, kehadirannya di PWNU ini merupakan rangkaian silaturahim yang dilakukan ke keluarga besar NU. Sebelumnya, Khofifah sudah sowan ke Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Rais Aam PBNU KH Ma’rif Amin maupun istri mendiang KH Abdurrahman Wahid, Nyai Sinta Nuriyah.
“Setelah PBNU, maka urutannya PWNU. Saya ini ibaratnya nyantri juga belum lulus. Saya bukan putra kiai besar, jenderal atau guru besar. Saya bukan siapa-siapa tanpa membangun strong partnership dengan seluruh elemen bangsa, seluruh elemen Jatim,” paparnya.
Sedangkan yang menjadi proses seluruh pengabdian Khofifah selama ini adalah Muslimat NU.
“Artinya keberstuan di lingkungan NU menjadi penting, supaya bersama-sama menyiapkan untuk membangun Jatim makin berkemajuan, berkeunggulan, serta mendapatkan ruang dimana percepatan kesejahteraan bisa kita bangun,” urainya.
Setelah sowan ke keluarga besar NU, Khofifah akan melanjutkan silaturahim dengan Parpol pengusung Khofifah-Emil di Jatim. Setelah itu dilanjut silaturahim dengan elemen-elemen strategis di Jatim sambil melakukan penajaman navigasi program. (adi)