PERSI Jatim, Belasan RS di Surabaya Tutup Bersifat Situasional
Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Timur, dr Dodo Anondo mengatakan, penutupan belasan IGD RS yang ada di Surabaya bersifat situasional. Artinya tergantung situasi RS dan pergerakan pasien yang dinamis.
Menurut Dodo, ada beberapa alasan RS menutup IGD secara situasional. Pertama karena nakes banyak yang terpapar Covid-19. "Seperti yang terjadi di RSIS A Yani, nakes yang terpapar lebih dari 50 orang. Kemudian pasien membeludak di IGD, dari 101 bed keterisiannya sudah 100 persen, tak tersisa satu pun tempat tidur (TT). Kondisi seperti yang mengharuskan RS mengambil kebijakan tersebut," ungkap Dodo, Selasa, 6 Juli 2021.
Dia menjelaskan, penutupan IGD RS di Surabaya ini untuk mengurai pasien yang masih menumpuk di IGD. Jika pasien di IGD menumpuk, maka terjadi stagnan dan pasien tidak bisa masuk. Untuk bisa masuk, perlu menunggu pasien dari ruang isolasi sembuh dan diperbolehkan pulang.
"Sambil nunggu, kita tutup sementara, jadi model dakon congklak, ngisi yang bolong atau kosong. Semua RS kalau IGD sudah lancar akan langsung dibuka lagi. Contoh, di RSIS A Yani, kita mulai dinyatakan tertutup ditutulisi penuh ditutup JumatĀ Sore, Sabtu malam ada kasus, orang ini saturasinya sudah rendah sekali. Sudah 89. Ini kan kasihan, ya kita layani, sebagian dari IGD kita masukkan ruang isolasi khusus. Ini sistemnya dakon seperti itu," bebernya.
Alasan kedua penutupan rumah sakit karena dinamis, menurut Dodo, RS tetap menerima pasien yang berat sekali dan membutuhkan pertolongan tetap diterima. Bukan ditolak. Diterima sebatas kemampuan RS. Misalnya butuh O2 ya disiapkan bila ada alatnya.
"Kenapa ditutup dinamis? Karena tenaganya. Misal pasien datang 30, tenaga 2, berat tidak mungkin bisa nangani. Jadi tujuan RS-RS, itu kebijakan pada RS, tapi tetap bisa melayani ke masyarakat," jelas Dodo.
Dodo pun menjelaskan, sistem tutup situasional ini dibuat untuk mempertahankan nakes agar tidak kelelahan dan semakin banyak yang terpapar. "Kita jangan mengatakan bahwa tutup (tidak menerima pasien sama sekali), belum. Ini tanda-tanda RS itu kewalahan. Ini baru dirapatkan bagaimana mengatasinya. Salah satunya dengan model buka tutup, dan kita mencari relawan di masing-masing RS," tuturnya.
Advertisement