Persela Layangkan Surat Protes ke PSSI Soal Kontroversi Wasit
Laga lanjutan Liga 1 Indonesia 2019 pekan ke-11, antara tuan rumah Persela Lamongan kontra Borneo FC diwarnai kericuhan. Hal tersebut tak lepas dari kepemimpinan wasit Wawan Rafiko atas keputusan kontroversinya.
Wasit asal Pekanbaru, Riau tersebut memberi kartu merah kepada kedua pemain yang terlibat, yaitu Dwi Kuswanto (Persela Lamongan) dan Wahyu Hamisi (Borneo FC).
Tak hanya itu, wasit justru memberi hadiah penalti kepada Borneo FC, di saat bola sudah dalam dekapan kiper (off play). Kiper Persela Lamongan Dwi Kuswanto yang memegang bola dipelukannya, kemudian membenturkan kepala ke Wahyu Hamisi sampai terjatuh.
Namun setelah insiden itu, wasit justru mengusir kedua pemain dengan kartu merah, dan kemudian memberi hadiah penalti kepada Borneo FC.
Pelanggaran yang berujung penalti yang dilakukan oleh kiper Persela Dwi Kuswanto seharusnya tak dilakukan. Sebab bola aman dalam dipelukannya. Sesuai rule of the game, tindakan kiper Persela yang melakukan pelanggaran dalam kotak pinalti seharusnya tak dikenai sanksi hukuman pinalti.
Keputusan itu pun membuat laga menjadi tidak kondusif dan sempat terhenti hingga menit 105, saling dorong dan cekcok antar pemain hingga pelatih dan official pun tak terkendali. Meski demikian, wasit Wawan Rafiko tetap menunjuk titik putih dan berujung gol Lerby Eliandry yang membuat hasil akhir menjadi imbang 2-2.
Atas peristiwa tersebut, CEO Persela Lamongan, Yuhronur Efendi melayangkan protes ke PSSI. Seharusnya, lanjut dia, pengadil pertandingan garus tegas dan bijaksana. Jangan sampai pertandingan seperti ini dinodai dengan kejadian yang memicu anarkisme.
“Keputusan wasit seharusnya tegas dan jernih melihat kejadian. Tadi saya lihat wasit memutuskan sesuatu kurang tegas, terkesan membingungkan keputusannya sehingga yang dirugikan ya mental pemain anak-anak,” kata Yuhronur.
Wasit memang terlihat kurang tegas dan plin plan saat membuat keputusan, hingga terjadi cekcok antar pemain di lapangan yang memicu banyak orang di bench pelatih, official, hingga suporter. Pertandingan pun dihentikan sampai menit 105 dan pertandingan baru usai pada menit 120.
Hal itu terjadi akibat kebobrokan kepemimpinan wasit, siapa saja yang melihat permainan semacam itu pasti akan terpancing.
“Melihat dari pertandingan sebelumnya disini kan tidak ada kejadian seperti ini. Keputusan itu membingungkan, siapa saja yang melihat pasti terpancing," ungkap Yuhronur.
Dia kemudian berharap, dengan sikap protes tersebut, nantinya Komisi Disiplin (komdis) PSSI bisa melakukan tindakan tegas terhadap wasit yang memimpin pertandingan. Sehingga ke depannya wasit bisa bersikap fair play.
"Kami sudah melakukan protes, ada beberapa poin. Biasanya setelah itu ada Komdis yang akan menindak lanjuti. Mereka akan melihat dari rekaman hasil pertandingan dan sebagainya," tuturnya.
Terkait keputusan kontroversi wasit yang merugikan Persela Lamongan, pihak managemen mengaku telah melayangkan protes ke PSSI. "Ya tadi sudah kirim surat protes resmi ke PSSI. Terkait masalah keputusan wasit yang merugikan Persela, yang telah mengubah hasil pertandingan," kata Humas Media Officer Persela, Arif Bachtiar.