Persebaya Tak Digdaya, Bisingnya Kesenyapan Menderu di GBT
Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jumat 4 Agustus, terasa senyap. Tak ada suara bising motor menjelang laga menjamu Persikabo 1973. Hiruk pikuk antrean dan macetnya jalan ke dalam stadion pun tak terlihat.
Di dalam stadion, kursi tribun di beberapa sudut terlihat kosong melompong. Nyanyian kencang yang menggema di dalam stadion, adu kreativitas masing-masing tribun untuk mendukung Bajul Ijo di lapangan, nyaris tak berbekas.
Hari itu, hanya ada 1.601 suporter Persebaya yang memenuhi stadion megah calon tuan rumah Piala Dunia FIFA. Jumlah itu bahkan kurang dari 10 persen, kapasitas stadion mencapai 46 ribu penonton. Suara senyap seolah lebih kencang menderu dibanding teriakan suporter.
Penonton Merosot
Stadion GBT jadi saksi kekecewaan suporter militan Persebaya. Mereka satu per satu hilang dari tribun, mengikuti laga Persebaya yang tak pernah menang di kandang.
Laga melawan Barito Putera, Sabtu 8 Juli, menjadi pertandingan dengan suporter paling banyak di kadang mencapai 12.182 atau 26 persen dari total kapasitas stadion 46 ribu. Kala itu, tren Persebaya belum seburuk saat ini.
Sedangkan pada laga kandang kedua melawan RANS Nusantara FC, Minggu 23 Juli, jumlah penonton malah turun menjadi 9.060.
Penurunan drastis terjadi ketika menjamu Persikabo 1973, 4 Agustus 2023 lalu. Jumlah suporter yang hadir tak sampai 10 persen atau hanya 1.601.
Kekalahan Persebaya seolah menjadi pukulan telak bagi suporter militan Bajul Ijo. Namun sebagian mereka tetap datang mendukung saat laga kandang Persebaya melawan Persita, Sabtu 12 Agustus 2023, lalu. Kehadiran suporter mencapai 3.012 atau 7 persen dari total kapasitas.
Bahkan, kemenangan melawan Bhayangkara Presisi Indonesia tak banyak mengobati rasa kecewa Bonek. Jumlah kehadiran suporter ke stadion tetap rendah. Bahkan, meski laga kandang ini dilakukan di akhir pekan.
Semangat Pemain Turun
Layaknya tubuh, dukungan suporter bagi tim seolah suplai tenaga yang mampu mendorong mereka berlari lebih kencang di lapangan. "Lebih berdampak kepada semangat pemain agak (kurang), tapi semoga ke depan bisa lebih banyak lagi," ungkap Kapten Tim Persebaya, Reva Adi Utama.
Hal senada juga diungkapkan oleh Gelandang Persebaya, Andre Oktaviansyah. Ia menyebut, suporter memiliki peran penting memotivasi pemain di lapangan untuk memberikan hasil terbaik.
"Sebenarnya mau ada atau tidak ada penonton kami harus tetap berjuang. Mungkin kemarin kondisi kurang bagus jadi penonton kurang itu kami anggap wajar. Tapi sedikit-sedikit mulai banyak. Semoga lawan PSM lebih banyak lagi biar membuat mental pemain lebih bagus," aku Andre.
Suporter Kecewa
Salah satu pentolan Bonek Saiful Antoni mengatakan, bahwa penurunan jumlah suporter memang dampak dari penampilan buruk di beberapa laga. "Sekarang teman-teman lebih selektif. Memang sebuah prestasi jadi tolok ukur kehadiran teman-teman bagi suporter," ujarnya.
"Tapi, ini merupakan suatu ketidakadilan karena sesungguhnya untuk mencintai Persebaya seutuhnya harus siap menerima konsekuensi dalam keadaan apapun tim ini," imbuhnya.
Karena itu, ia berharap dalam laga-laga kandang selanjutnya suporter dapat memenuhi stadion dan memberikan dukungan secara total kepada Persebaya.
Pedagang Ikut Loyo
Tak hanya mendukung tim, suporter juga punya cemilan khas yang selalu dinanti ketika di dalam Stadion GBT. Lapak pedagang dengan lumpia yang hangat serta aneka minuman, sering diserbu suporter menjelang pertandingan.
Sayangnya, geliat penjualan ini agak loyok dampak minimnya kehadiran suporter di Stadion GBT. Kini, dengan kondisi sepi, penjualan pun cenderung sepi.
Seorang pedagang lumpia, Deny Kristanto, terpaksa harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada dalam menyiapkan stok lumpia yang dijual.
"Dampaknya besar karena penonton yang minatnya makin sedikit jadi penjualan makin menurun. Mungkin ini karena low match gatau lagi nanti kalau big match," ungkap Deny.
Yang pasti, awal musim ini ia merasakan penurunan omzet begitu drastis dibanding musim-musim sebelumnya. "Penurunannya bisa sampai 80 persen. Mulai 2017 saya jualan di sini, saya rasa musim ini paling sedikit," aku pria asal Krembangan itu.
Ia mengaku, jika pada saat pertandingan ramai biasanya omzet harian dapat mencapai Rp5 juta bahkan lebih dari 1.500 lumpia yang ia bawa. Namun, kini menurun hanya Rp2 juta itu pun hanya terjual 400 hingga 500 dari 750 stok lumpia yang ia sediakan untuk laga yang diprediksi sepi penonton.
Karena itu, ia berharap kondisi Persebaya dapat kembali seperti semula. "Harapan saya tetap support tim kebanggaan kita, kalau bagus dampaknya pada suporter lebih banyak jadi berdampak pada kami. Harapan suporter tetap terus dukung tim kebanggaannya apapun yang terjadi," pungkasnya.
Advertisement