Persebaya Tahan Pemain Gabung Timnas
Persebaya Surabaya akan menahan pemainnya agar tidak bergabung dengan Tim Nasional (timnas) Sepak Bola Indonesia.
“Lagi kita pertimbangkan untuk menahan pemain ke timnas. Kemarin, ada beberapa klub yang lakukan begitu juga gak apa-apa. Kalau mereka bisa dan boleh, kenapa kita tidak?” ujar Pelatih Persebaya, Aji Santoso, Rabu 6 Oktober 2021.
Aji merujuk apa yang dilakukan Johan Alfarizi yang memilih tetap bersama klubnya Arema FC melawan Persela ketimbang berangkat ke Thailand bersama timnas yang akan melakoni playoff Piala Asia 2023.
Ia mengaku, Persebaya seperti diberlakukan secara tidak adil karena ketika tim meminta penundaan tidak dipenuhi oleh PSSI maupun PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Saat ini, ada empat pemain Persebaya yang bergabung di tim nasional. Yakni Rachmat Irianto, Ricky Kambuaya, Rizky Ridho dan Ernando Ari Sutaryadi. Keempat pemain ini, masuk dalam 29 pemain timnas yang dibawa pelatih Shin Tae-yong ke Thailand untuk menjalani pertandingan playoff Piala Asia melawan Taiwan pada 9 dan 11 Oktober.
Selepas itu, Timnas masih akan melanjutkan pemusatan latihan di Tajikistan pada 13-31 Oktober. TC di negara pecahan Uni Sovyet ini, dilakukan untuk persiapan pertandingan kualifikasi Piala Asia U-23 tahun 2022 di Uzbekistan.
Sampai saat ini dua pemain sudah mendapat panggilan resmi, yakni Rachmat Irianto dan Ernando Ari Sutaryadi. Besar kemungkinan, Rizky Ridho juga akan dipanggil serta. Nah, ketiga pemain ini yang akan ditahan Persebaya. “Nanti kita minta balik dulu. Kita juga membutuhkan tenaga mereka di kompetisi,” ujarnya.
Aji menepis anggapan langkah ini dibilang tidak nasionalis. Menurutnya, langkah ini terpaksa dilakukan, setelah melihat situasi yang ada. Tak ada tindakan apapun dari PSSI maupun LIB. Pemain masih tetap bisa tampil di kompetisi. “Kalau sama-sama seperti itu, kenapa kita tidak?” tanyanya.
Persebaya, kata Aji, akan tetap menahan para pemainnya ke timnas. Sampai PSSI dan LIB bisa memberikan aturan main yang jelas dan tegas. Termasuk memberi jalan keluar, bagaimana kepentingan klub juga terlindungi dengan adanya agenda timnas.
“Ini kan sebetulnya persoalan sederhana. Bagaimana ada sinkronisasi jadwal antara timnas dan kompetisi. Bukan seperti ini. Dua-duanya jalan. Klub yang dirugikan. Sudah begitu, ada perlakuan yang mencederai sportifitas,” pungkasnya.
Advertisement