Persebaya Ladeni 'Adik Durhaka'
Lahir dan besar di Surabaya, Bhayangkara FC kini menjadi "adik durhaka". Tim besutan Simon Mcmenemy itu akan menantang saudara tuanya, Persebaya, di pekan ke-32 Liga 1, Senin 26 November 2018 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Bhayangkara FC bahkan berambisi mengalahkan Persebaya yang notabene sebagai penghuni asli Surabaya. Sang "anak durhaka" bahkan tak gentar meski disaksikan puluhan ribu Bonek Mania.
Bertanding di hadapan suporter fanatik Persebaya memang bukan hal baru bagi sebagian penggawa Bhayangkara FC. Pasalnya, sebelum diakuisisi Primkoppol dan berganti nama menjadi Bhayangkara FC, tim ini juga menggunakan nama dan logo Persebaya.
Penggunaan nama dan logo inilah yang kemudian menimbulkan polemik serta perpecahan di kalangan pecinta Persebaya dan Bonek Mania. Sebagian kubu menyeberang ke Persebaya versi PT Mitra Muda Inti Berlian (PT MMIB) yang saat itu diakui oleh PSSI, sementara mayoritas Bonek Mania tetap bertahan dan loyal kepada Persebaya versi PT Persebaya Indonesia, atau lebih dikenal sebagai Persebaya 1927 yang tampil di kompetisi sempalan, IPL.
Tak hanya itu, Bhayangkara FC juga bermarkas di Surabaya. Bahkan selama berkiprah di Divisi Utama pada musim 2010-2013, mereka menggunakan Stadion Gelora 10 November, Surabaya dengan dukungan minoritas Bonek Mania. Mereka juga sempat bermain di Gelora Bung Tomo, Surabaya, saat tampil di ISL 2014.
Bahkan setelah pembekuan PSSI oleh Menpora dicabut, dan FIFA mengembalikan status PSSI di musim 2016, Bhayangkara FC masih menggunakan nama Persebaya saat turun di turnamen semi kompetisi ISC A.
Namun, mereka akhirnya harus berganti nama setelah BAORI melarang klub tersebut memakai nama dan logo Persebaya beberapa hari sebelum tampil di leg pertama semifinal ISC A lawan Sriwijaya FC pada 2016 lalu. Keputusan BAORI ini didasari sertifikat hak paten atas merek dan logo Persebaya dari Depkum-HAM untuk Persebaya versi PT Persebaya Indonesia pada September 2015 lalu.
Tak tanggung-tanggung, dalam proses pergantian nama itu, terhitung ada lima nama yang sempat dipakai tim ini. Nama sebelumnya yang sempat mereka gunakan saat itu adalah Persebaya United, Bonek FC, Surabaya United, Bhayangkara Surabaya United, dan terakhir Bhayangkara FC hingga sekarang.
Konflik dualisme ini pun menyisakan kisah kelam bagi persepakbolaan Surabaya. Juga ada perlawanan heroik Bonek Mania yang mewarnai proses bangkitnya Persebaya setelah sempat dimatikan oleh PSSI era Nurdin Halid di tahun 2013.
Kini, setelah pertikaian itu usai hampir dua tahun lalu, Persebaya berkesempatan menjamu "adik durhaka" di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Bisa dipastikan, puluhan ribu Bonek Mania akan menjadi saksi sejarah pertemuan dua klub yang sempat bersengketa ini.
Pelatih kepala Persebaya Djajang Nurdjaman sendiri mencanangkan target menang. Sang juru taktik juga yakin, meski Bhayangkara FC memiliki peringkat lebih baik (4) dan Persebaya (9), timnya akan mengandaskan Bhayangkara FC.
Dukungan puluhan ribuan Bonek Mania yang akan memadati Stadion GBT juga diyakini bakal memberikan tenaga sekaligus motivasi ekstra pada seluruh pemainnya. "Kami main di kandang, jadi kami harus menang," katanya.
Tak mau kalah, Simon Mcmenemy juga merasa tertantang untuk mengalahkan Persebaya di hadapan Bonek Mania yang dikenal militan. Meski ia juga meyakini laga ini tak akan mudah bagi timnya, namun bermodal rekor tandang bagus, tim berjulukan The Guardian ini bisa mempermalukan tuan rumah di kandang sendiri.
"Saya tak sabar melihat Bonek Mania. Kabarnya, keberadaan mereka yang membuat tim-tim besar seperti Persija dan PSM kalah di Surabaya. Kami tak ingin bernasib sama," ujarnya. (Nas)