Persebaya Kembali ke Liga I, Ini 5 Bentrok Terpanas Musim Depan
Kembalinya Persebaya Surabaya ke Liga 1 dipastikan bakal memanaskan kompetisi musim depan. Sebagai tim dengan segudang prestasi dan nama besar, banyak klub yang sudah tak sabar menanti bentrok melawan Bajol Ijo. Berikut lima laga panas yang diprediksi akan terjadi :
Persebaya vs Arema
Sudah bukan rahasia lagi, laga Persebaya melawan Arema paling layak dinanti. Derby Jawa Timur terpanas ini sudah lama tidak terjadi. Persaingan antar dua pendukung kedua klub, Bonek dan Aremania akan menjadi penyulut tensi tinggi di lapangan. Pertemuan kedua klub terjadi kerusuhan dan menimbulkan korban.
Kompetisi musim depan belum digelar, kapten tim Arema musim lalu, Ahmad Alfarizi sudah menebar pyswar,"Tentu Derby Jatim yang ini lebih seru. Saya sudah lupa kapan terakhir melawan Persebaya. Mungkin saat final Piala Gubernur Jatim di pengujung tahun 2013," kata Alfarizi.
Namun Alfarizi berharap kedua kelompok suporter yang sering bersitegang ini bisa menahan diri jika kedua tim bertemu musim depan, "Ada satu hal juga yang saya inginkan dengan kembalinya Persebaya ke kasta tertinggi, yaitu persatuan kelompok suporter.Jangan sampai ada korban lagi karena gesekan. Sepak bola itu mempersatukan, bukan untuk permusuhan," harapnya.
Persebaya vs Persija
Di Indonesia ada dua laga yang kerap disebuat "El Clasico Indonesia", yaitu laga PSMS Medan vs Persib dan Persebaya vs Persija. Duel dua laga klasik ini sudah lama tak terjadi. Sebelum menemukan musuh bebuyutan Arema, perseteruan antara Persija dengan Persebaya sudah lebih dulu terjadi.
Rivalitas Persebaya vs Persija tidak seperti Persija vs Persib yang lebih pada gengsi antara kota. Namun sudah sejak dulu, di era 50 an, Persebaya dengan Persija selalu bersaing dalam hal prestasi untuk memburu gelar juara yang akhirnya melibatkan persaingan antar suporter.
Pada era 1950-an. Persija yang diisi pemain-pemain bintang seperti Arnold van der Vin, Tan Liong Houw, Kwee Kiat Sek, Chris Ong, dan juga Djamiat Dalhar berhadapan dengan kekuatan Surabaya yang diisi Thee San Liong, Saderan, Bhe Ing Hien, atau pun Liem Thiong Hoo.
Persija yang lebih elite selalu dijagokan menjadi juara, namun hasilnya Persebaya dua kali mengubur mimpi Macan Kemayoran untuk juara di tahun 1951 dan 1952.
Rivalitas keduanya kembali memanas pada era 1970-an. Laga penentuan juara kompetisi 1973, mempertemukan kembali keduanya. Pertandingan tersebut ditonton 100 ribu penonton.
Saat itu, Persija yang didukung ribuan warga ibu kota mampu mengalahkan Persebaya melalui gol dari Andi Lala. Namun, sebelum Andi Lala membobol gawang Harry Tjong, kekisruhan sempat terjadi di lapangan.
Pertikaian antar pemain Persija dan Persebaya tak tertahankan. Saat itu pemain Persija Iswadi Idris yang merasa dikasari Rusdy Bahalwan dari Persebaya. Keributa itu juga melibatkan bek Persija Sutan Harharah dan Anjasmara.
Persebaya berhasil membalas kekalahannya dari Persija pada laga final kompetisi 1977. Saat itu Bajul Ijo mampu permalukan Persija 3-4 di depan ribuan pendukungnya di Stadion Utama Senayan.
Persaingan Persija dan Persebaya kembali terjadi di era 80 an. Kali ini tahun 1988, Persebaya berhadapan dengan Persija dengan pendukung yang melimpah. Persija yang seharusnya bertindak sebagai tuan rumah, hanya didukung ratusan pendukung setianya dari daerah-daerah Jakarta, seperti Kebon Jeruk, Tanah Abang, Jatibaru, dan juga Menteng.
Sementara pendukung tamu, Persebaya justru lebih banyak. Akhirnya Persija tak berdaya. Sugih Hendarto Boys harus takluk dari Mustaqim cs dengan skor 3-2.
Era Liga Indonesia di tahun 200 an, Persebaya sempat merasakan sekali lagi penentu gelar juara. Persebaya yang kala itu berpeluang juara harus berhadapan dengan Persija yang juga punya kans juara.
Bertarung di Stadion Gelora 10 November, Surabaya, Arek-arek Suroboyo dengan Semangat 45 membanjiri stadion. Persija yang juga datang dengan dukungan Gubernur DKI, Sutiyoso dan puluhan mahasiswa Jakarta yang kuliah di Surabaya tak mau kalah.
Persebaya yang bermain spartan menang 2-1 atas Persija di kandangnya sendiri. Puluhan ribu Bonek di Jawa Timur berpesta, sedangkan ribuan Jakmania yang sudah siapkan pesta jalanan di Jakarta harus menahan duka.
Setelah tak bertemu delapan tahun lamanya, keduanya kembali bersua di kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Pertemuan Persebaya dan Persija menjadi salah satu laga klasik yang bakal kita nikmati musim depan.
Persebaya vs Bhayangkara FC
Tidak ada sejarah pertemuan kedua tim. Namun laga ini sudah pasti panas. Sebab, Bhayangkara FC merupakan tim yang menjadi rekarnasi dari konflik dualisme Persebaya yang membuat harus turun kasta ke Liga 2.
Dalam sejarahnya, sebelum berubah nama menjadi Bhayangkara FC sempat bergonta-ganti nama. Mulai dari Persebaya, Surabaya United, Bhayangkara United dan akhirnya Bhayangkara FC. Duel ini juga bertambah sengit karena Bhanyangkara berstatus sebagai juara Liga 1 musim ini.
Persebaya vs Persela
Meski masih kalah panas dengan duel Persebaya vs Arema, laga derby Jatim antara Persebaya melawan Persela juga layak ditunggu. Dua kelompok suporter dua tim ini juga berseteru dan rusuh, meski akhir-akhir ini sudah mulai mencair.
Selain faktor suporter, kebaradaan Aji Santoso di kubu Persela sebagai pelatih juga menjadi bumbu penyedap. Aji merupakan legenda Persebaya yang juga pernah mempersembahkan gelar
juara bagi tim kebanggaan warga Surabaya ini.
Persebaya vs Bali United
Sosok gelandang bertahan, Taufiq akan membuat suasana pertandingan Bali United melawan Persebaya akan berbeda. Bersama Andik Vermansyah, gelandang bertahan ini dulu menjadi ikon terakhir Persebaya sebelum kisruh dualisme terjadi.
Taufiq dan Andik akhirnya memilih pergi dari Surabaya karena tak ingin menyakiti hati bonek saat itu. Kini, Taufiq sudah memperpanjang kontrak dengan Bali United. Sementara Andik Vermansyah di kabarkan akan menyusul ke Bali United setelah empat musim berlaga di Liga Malaysia. tom