Persaudaraan dalam Keimanan Lebih Diutamakan, Ini Pandangan Pakar Tarekat
"Memahami dan menghayati betapa pentingnya dan mulianya para guru sebagai pelanjut peran kerasulan, sebagai orang tua spiritual bagi para muridnya, seperti halnya peran nabi Muhammad di hadapan para sahabatnya."
Selama puasa, ikatan persaudaraan sesama manusia mendapat ruang bicara di banyak tempat. Lalu, bagaimana posisi persaudaraan sesama kaum mukminin atau sesama keimanannya?
Berikut penjelasan KH Kharisuddin Aqib, Pengasuh Pesantren Daru Ulul Albar, Kediri, yang mengangkat tafsir Al-Quran dari Surat Al-Ahzab 6:
"Sang Nabi (Muhammad) adalah lebih utama bagi orang-orang yang beriman dari pada diri mereka sendiri, dan istri-istri beliau adalah ibu-ibu mereka. Dan mereka yang memiliki hubungan persaudaraan itu satu sama lainnya sama-sama memiliki hak di antara mereka, ketetapan ini ada di dalam kitab Allah, daripada kaum mukminin dan Muhajirin, kecuali jika kalian berbuat yang makruf kepada para wali kalian. Hal tersebut telah tertulis di dalam kitab suci ini".
Ayat tersebut mengisyaratkan agar kita:
1. Mengetahui tentang konsep ukhuwah islamiah (persaudaraan Islam), yakni persaudaraan berdasarkan kerohanian dan keimanan. Yakni nabi Muhammad sangat dimuliakan, karena beliau sebagai Abur Ruh (bapak Ruhani para sahabat) dan bahkan para istri Nabi sebagai ummahatul mukminin), yang bersaudara juga seiman adalah lebih utama daripada yang hanya seiman saja.
2. Memahami dan menghayati betapa pentingnya dan mulianya para guru sebagai pelanjut peran kerasulan, sebagai orang tua spiritual bagi para muridnya, seperti halnya peran nabi Muhammad di hadapan para sahabatnya.
3. Menjaga harkat dan martabat seorang guru... sebagai mana para sahabat mengagungkan Baginda Rasulullah Muhammad Saw, keluarga beliau,(istri dan putra-putrinya) juga dengan teman2 seperjuangan di medan pencarian ilmu.(adi)