Perpustakaan Jatim Mengoleksi Hikayat Unyil sampai Angling Dharma
Suasana di ruang Perpustakaan Provinsi Jawa Timur, Jalan Menur Pumpungan Surabaya, berbeda dengan ketika masuk mall atau mojok di kafe yang hingar bingar dan bau asap rokok yang menyesakkan dada.
Di perpustakaan suasananya hening meskipun dipenuhi pengunjung yang sedang asik membaca buku.
Dilihat latar belakang pengunjungnya tidak semua berstatus pelajar atau mahasiswa, ada juga karyawan yang sejak kecil menjadi kutu buku.
"Saya senang membaca dan sering menghabiskan waktu di perpustakaan, bagi saya perpustakaan merupakan sumber ilmu pengetahuan, yang tak pernah kering," ujar seorang ibu yang sedang membaca buku tentang teknologi pertanian.
Ngopibareng.id juga menemui beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi berbeda yang sedang menyusun bahan skripsi.
"Perpustakaan kami ini mengoleksi ribuan buku berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi dari yang klasik sampai era digital. Ibarat cerita Si Unyil sampai hikayat Angling Dharma, ada semua," terang Kepala Bidang Deposit, Pengembangan dan Pelestarian, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jatim, Melkion Donald, Selasa 23 Juli 2024.
Menurut Melkion Donald, mahasiswa yang membutuhkan refrensi untuk menyelesaikan skripsi atau membuat karya tulis, kebanyakan mencarinya di perpustakaan ini.
"Hal ini sesuai dengan misi Perpustakaan yakni institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan," terangnya.
Maka untuk mengimplementasikan misi tersebut secara maksimal Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, sedang berupaya mengumpulkan naskah kuno yang masih tercecer.
Masyarakat yang menyimpan naskah kuno apapun bentuknya diminta menginformasikan kepada Dinas Perpustakaan Kabupaten Kota terdekat untuk dilakukan alih media.
Saat ini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur menerima hibah ratusan naskah klasik yang telah berumur ratusan tahun.
Naskah itu ditulis dengan tangan menggunakan huruf jawa dan Arab pego, yang hanya bisa dibaca oleh kalangan tertentu.
Antara lain hikayat tentang Angling Dharma, Negara Kertagama, Panji, dan masih banyak lagi. Selain itu juga terdapat naskah dari para ulama besar seperti KH Hasyim Asy'ari, KH Ahmad Dahlan, KH Abdul Fadhol Khodir Shonori Tuban.
Naskah ini pernah dipamerkan di Riyad Arab Saudi, dan membuat pengunjung decak kagum. Tidak menyangka ulama Indonesia bisa menulis karya besar dengan huruf Arab pego, yang tidak ditemukan di Arab Saudi.
Melkion Donald menyampaikan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur sekarang berhasil melakukan alih media sebanyak 280 naskah dari 1.555 naskah yang diidentifikasi oleh Perpustakaan RI.
Sedang hasil penelusuran di lapangan sesuai dengan arahan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur Tiat S. Suwardi, Telah mengidentifikasi sekitar 1.332 naskah kuno.
"Saya memprediksi, naskah kuno di Jawa Timur yang belum teridentifikasi jumlah masih banyak," tutur Melkion Donald.
Ia menyebut di Jawa Timur pernah menjadi pusat Kerajaan Singosari di Malang, Kerajaan Doho di Kediri dan Kerajaan Majapahit di Trowulan yang wilayahnya cukup luas.
Diantara kerajaan itu memiliki pujangga besar atau empu penulis naskah kuno. Beberapa karya mereka ada yang ditemukan di perpustakaan luar negeri dan sebagian sudah dibawa pulang ke Indonesia.
Kantong naskah kuno di Jawa Timur cukup banyak termasuk yang ada di beberapa pondok pesantren yang telah berumur ratusan tahun.
Dalam mengidentifikasi naskah kuno tersebut pihaknya dibantu penggiat penyelamatan naskah kuno, penggiat literasi, ulama, serta Dinas Perpustakaan Kabupaten/Kota.
Naskah kuno di Jawa Timur yang legendaris di antaranya berjudul Negara Kertagama, Arjuna Wiwaha, Panji, dan naskah klasik yang cukup dikenal oleh masyarakat Jawa Timur, yaitu Angling Dharma.
Menurut beberapa sumber, kisah Angling Dharma ini sudah dikenal luas pada masa kekuasaan kerajaan Majapahit. Bojonegoro merupakan salah satu bekas wilayah kekuasaan Majapahit yang disebutkan dalam prasasti adan-adan 1301 M, yang ditemukan di Desa Mayangrejo, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro.
Prabu Angling Dharma sendiri merupakan raja sakti mandraguna dari kerajaan Malawapati. Dikisahkan dalam legenda bahwa Angling Dharma adalah putra dari Pramesti, cucu raja Jayabaya dari Kediri termasuk keturunan dari Mahabharata. Silsilahnya dari Jayabaya ke kakeknya Gendrayana, cucu dari Yudayana dan cicit Parikesit. Parikesit anak dari Abimanyu dan cucu dari Arjuna. Dalam legenda sosok Angling Dharma digambarkan memiliki anugerah kesaktian Aji Gineng, kesaktian paham dengan bahasa binatang.
Dari Tradisi Lisan ke Tradisi Tulisan
Dalam Serat Angling Dharma, karya sastra Sujadi Pratomo, menunjukkan bahwa Angling Dharma merupakan sosok yang rupawan, baik hati, dan ramah. Adapun serat ini mendeskripsikan kelas sosial dalam tokoh cerita serta deskripsi lingkungan sekitar. Serat lain, serat Anglingdarma Koleksi Sasana Pustaka Keraton Surakarta, serat Purusangkara, dan serat Pustakaraja, menjadi tambahan kajian dari kisah Angling Dharma.
Aerkeolog Universitas Negeri MalangDwi Cahyono, menyebut kisah Angling Dharma sudah muncul memalui tradisi lisan sejak praMajapahit. Kemungkinan kisah ini mulai ditulis pada masa Majapahit dengan judul Ari Dharma, tetapi seiring dengan perkembangannya masyarakat lebih mengenalnya dengan Angling Dharma.
Petilasan Angling Dharma
Bagi masyarakat Bojonegoro, kisah Angling Dharma bukan hanya sebuah legenda. Mereka percaya tokoh ini nyata dan pernah menduduki wilayah ini di masa lalu. Situs Wotanngare di Bojonegoro dipercaya sebagai petilasan Angling Dharma. Masyarakat setempat menyakini bahwa situs ini adalah bekas Kerajaan Malawapati, kerajaan yang dikuasai oleh Angling Dharma.
Di sisi lain, Melkion Donald menyayangkan naskah klasik Angling Dharma tersebut tidak utuh, ada beberapa halaman yang terlepas dan hilang.