Perpustakaan Digital, Mudahkan Anak-anak Membaca Ditengah Pandemi
Perpustakaan yang dulunya identik dengan banyak buku di dalamnya, sekarang mulai berubah seiring dengan kemajuan teknologi digital. Bukan lagi membaca buku, namun berkunjung ke perpustakaan bisa di akses melalui ponsel dimanapun dan kapan pun.
Ssalah satu contohnya kompleks perumahan Pesona Sekardangan, RT 23, RW 7, Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo Kota, dikenal sebagai Kampung Edukasi Sampah.
Esther Ernawati, seksi Pendidikan dan Ketrampilan Kampung Edukasi Sampah mengatakan, perpustakaan digital dimulai sejak dua tahun yang lalu ketika pandemi Covid-19 mulai menyebar. Sebelumnya di kampung edukasi sampah sudah memiliki perpustakaan konvensional.
"Namun karena pandemi, kami mengajukan bantuan ke beberapa perusahaan termasuk Pelindo III. Agar anak-anak yang datang tidak saling bersentuhan, maka kami ubah perpustakaan konvensional menjadi digital," ucap Eshter, Minggu, 27 Februari 2022.
Adanya perpustakaan digital, anak-anak bisa membaca buku dan belajar tanpa harus berkerumun di dalam ruangan. Meskipun terbatas, Buku digital yang tersedia masih bisa untuk mendukung pembelajaran sekolah mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
"Nantinya, kita akan lengkapi buku digital yang tersedia disini dengan buku umum. Disini, anak-anak bisa membaca dengan rebahan di gazebo dan di taman depan perpus," imbuhnya.
Esther menjelaskan cara kerja perpustakaan digital bisa diakses dengan membuka Pustakadigital.id. Kemudian anak-anak bisa mengakses secara offline melalui server lokal yang tersambung dengan Wi-Fi ponsel anak-anak.
"Ini gak masuk internet jadi ada lokal server yang tersambung ke Wi-Fi ponsel anak-anak dengan maksimal radius sekitar 75 meter. Jadi tidak perlu menggunakan paket data," jelasnya.
Esther menambahkan kendala mengelola perpustakaan digital karena terbatasnya tenaga pengelola. Ia berharap bisa bersinergi dengan pemuda karang taruna setempat agar bisa memberikan waktu lebih luang kepada pembaca buku digital terutama anak-anak.
"Karena tenaganya terbatas jadi kami hanya buka seminggu dua kali yaitu hari Rabu dan Sabtu. Nanti jika sudah terjalin kerja sama dengan karang taruna, insyaAllah bisa buka lebih lama," harapnya.
Keberadaan perpustakaan digital ini disambut riang oleh Sekar Mayang Kinasih. Siswi kelas VIII SMP Insan Kamil ini terlihat asyik membaca hikayat Kalilah dan Dimnah. “Perpustakaan menjadikan saya lebih mudah membaca karena tidak harus ke mana-mana menenteng buku. Kini lewat ponsel sudah bisa,” ucapnya.
Begitu juga dengan Rayhan Teddy Artanto. Siswa kelas VI SD Insan Kamil ini merasa nyaman dengan keberadaan perpustakaan digital. “Senang karena bisa memperluas pengetahuan. Saya paling suka membaca peristiwa alam,” ucap bocah yang bercita-cita menjadi pengusaha ini.