Tularkan Minat Baca, Buku Perpus Jalanan ini Bisa Dipinjam
Terminal Tunggul merupakan salah satu pusat keramaian di wilayah Paciran Lamongan. Lokasi ini tergabung menjadi satu dengan dermaga ASDP Paciran. Berdekatan dengan Wisata Bahari Lamongan (WBL).
Seperti biasa, saat malam hari di depan terminal disulap menjadi wisata malam. Suasana menjadi riuh oleh kehadiran para keluarga yang membawa anaknya dan muda-mudi yang sekedar nongkrong atau menikmati sajian makanan.
Namun, ada pemandangan yang sejuk. Di tengah hiruk-pikuk gerahnya keramaian di zaman serba digital sekarang, masih ada sekelompok pemuda yang peduli dengan literasi. Para pemuda tersebut menggelar lapak buku untuk dibaca orang-orang secara gratis. Bahkan, menariknya, buku-buku itu boleh dipinjam.
Para pemuda ini menamai lapak mereka dengan sebutan yang mantul sekali, yaitu Perpustakaan Jalanan Nomaden.
Bagi mereka, semua manusia berhak membaca buku untuk memperoleh ilmu.
Mereka berangkat dari rasa keprihatinan terhadap masyarakat pesisir yang gemar baca, tetapi jarak tempuh ke Perpustakaan Umum Daerah sangatlah jauh, kurang lebih 40 km.
“Masyarakat sini yang bisa mengakses Perpustakaan Umum Daerah tentu sangat minim, karna jaraknya jauh. Dari Paciran butuh waktu kurang lebih 1,5 jam untuk kesana,” ungkap Juniawan Bagaskara.
“Masyarakat sini yang bisa mengakses Perpustakaan Umum Daerah tentu sangat minim, karna jaraknya jauh. Dari Paciran butuh waktu kurang lebih 1,5 jam untuk kesana,” ungkap Juniawan Bagaskara, salah seorang perintis Perpus Jalanan Nomaden.
Menurutnya, mengenalkan buku ke masyarakat di ruang publik lebih memberi manfaat, tak semata nongkrong menghabiskan waktu malam, karna dengan membaca buku pasti akan menambah ilmu yang didapat. Maka dari itu, mereka mencoba menularkan virus membaca dan pentingnya budaya literasi.
“Kami datang berkolektif bersama kawan-kawan, membuka perpus jalanan ini bertujuan untuk menularkan virus membaca buku, agar masyarakat sekitar sadar akan pentingnya budaya literasi,” tuturnya.
Dengan hadir ditengah keramaian, paling tidak bisa membaur dengan semua masyarakat dari kalangan anak-anak sampai dewasa dan bisa saling berbagi ilmu. Dan bisa menghilangkan anggapan masyarakat akan perpustakaan, yang harus memakai pakaian rapi, harus punya kartu perpus, dan bersepatu.
“Membaca buku tak harus diruangan, memakai pakaian rapi dan bersepatu, tapi baca buku bisa dilakukan dimanapun bahkan ditengah-tengah keramaian," pungkasnya.
Perpustakaan jalanan ini telah dibentuk sejak tahun 2017 yang menjadi satu-satunya perpustakaan jalanan di Lamongan. Dan telah menjadi daya tarik masyarakat luas yang gemar membaca, walau sekedar untuk mencicipi buku yang disediakan.
Perpus jalanan ini buka sabtu malam minggu mulai pukul 17.00 WIB. Koleksi buku-buku yang ditawarkan pun beraneka ragam mulai dari novel, biografi, pendidikan, sampai buku akademis lainnya. Selain bisa dibaca langsung, juga boleh dipinjam, dengan syarat asal dikembalikan.
Advertisement