Peroleh Beasiswa ke China, Santri Bahrul Ulum Jombang Heran
Terpilih menjadi warga negara Indonesia yang mendapat beasiswa ASEAN Sun Yat-Sen University Ghuangzou China layaknya mimpi bagi santri bernama Maulidin Al Ghifari. Sempat gagal pada percobaan pertama namun ia bangkit dan akhirnya berhasil lolos pada percobaan berikutnya.
"Dari tiga siswa-siswi MMA peserta seleksi yang diterima hanya satu yakni Nimas Sida Ayu. Ia diterima lewat jalur Chinese Goverment Scholarship. Untung ada senior saya disana bernama Rifgy asal Mojokerto yang menyarankan saya mengambil jalur beasiswa ASEAN di Sun Yat-Sen. Sempat sedih karena sudah persiapan sejak bulan Desember 2017 tapi gagal," cerita Maulidin pada ngopibareng.id, Rabu 15 Agustus.
Dengan prinsip pantang menyerah, kegagalan awal menjadi pemacu untuk mencba yang kedua kalinya dan saat bahagia itu datang juga, tepat tanggal 20 Juli 2018 Maulidi mendapatkan kabar kalau lolos beasiswa ke China. Ia mengaku merinding dan sempat tidak percaya. Ia lolos bersama teman satu almamaternya bernama Achmad Marzuqi dari Kabupaten Kediri.
Ia juga sudah mengungkapkan akan berjuang mengharumkan nama santri Indonesia di China. Lewat prestasi dan sikap sopan santun. Dan ia juga mengaku akan bersikap seperti biasa di China, seperti sarungan dan tahlilan. Layaknya budaya khas Nahdlatul Ulama atau Islam Nusantara.
Bahkan untuk menyakinkan para gurunya, Maulidi membeli dan membawa kaos bertulisan Nahdlatul Ulama saat berkunjung ke madrasah.
“Saya tertawa antara tidak percaya, heran, dan kagum. Ketemu pirang perkoro? Santri yang tiap pagi berangkat sekolah pakai sendal jepit sambil membawa kitab kuning itu kok bisa lolos beasiswa ke China dan menyingkirkan ribuan pendaftar?"
"Setelah tau lolos, mendadak saya terdiam sejenak tak tahu apa yg harus dilakukan beriktunya. Dalam suasana kaget itu saya sadar bahwa tidak ada senjata ampuh selain do'a kedua orangtua dan para guru," ungkapnya.
Dikatakan, selain persyaratan administrasi ada juga hal lain yaitu doa. Dirinya lalu berfikir bisa apa saya tanpa do'a orangtua dan bisa apa tanpa doa restu para guru. Oleh karenanya, Dia ingatkan diri sendiri bahwa wajib bagi saya menemui guru saya dan minta doa restu sebelum berangkat ke China. Sebentar lagi kami akan terbang ke negeri tirai bambu," tandasnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Yayasan Pesantren Bahrul Ulum Jombang, KH Wafiyul Ahdi mengaku kaget mendengar kabar tiga santrinya lolos seleksi kuliah di China. Namun di sisi lain ia juga mengungkapkan rasa kagum dan bangga pada tiga santrinya ini. Ini menandakan bahwa pesantren bisa bersaing bersama ribuan siswa lainnya.
Ketika pertama kali mendengar info tiga santri lulusan Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum Tambakberas diterima jadi mahasiswa di China.
“Saya tertawa antara tidak percaya, heran, dan kagum. Ketemu pirang perkoro? Santri yang tiap pagi berangkat sekolah pakai sendal jepit sambil membawa kitab kuning itu kok bisa lolos beasiswa ke China dan menyingkirkan ribuan pendaftar?" ucapnya dengan nada keheranan.
Tapi setelah mereka pamitan ke Pesantren Bahrul UlumJombang, ternyata benar dan nyata. (adi)
Advertisement