Pernah Diterkam Singa, 35 Tahun drh Liang Kaspe Berteman Binatang Buas di KBS
Kecintaan Liang Kaspe pada binatang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Separuh dari umurnya telah dihabiskan untuk merawat berbagai jenis satwa di Kebun Binatang Surabaya (KBS).
Dokter hewan (drh) kelahiran Surabaya, 24 November 1954 ini menggeluti pekerjaan yang penuh tantangan. Namun, ia melakukannya dengan penuh kasih dan ketulusan.
Berbagai jenis binatang buas seperti singa, harimau, gajah, badak, kuda nil, orang utan, unta, jerapah, komodo, buaya, dan ular yang mematikan, semua menjadi teman baiknya. "Selama 35 tahun saya bergaul dan merawat binatang di KBS," ungkap Liang Kaspe kepada Ngopibareng.id, Minggu 8 September 2024.
Setiap pagi, mantan Direktur Operasional KBS itu bersama tim medis berkeliling untuk mengecek kesehatan binatang. “Kalau ada yang sakit langsung dibawa ke ruang karantina poliklinik KBS untuk diobati,” ujarnya.
Diterkam seekor singa di KBS menjadi kenangan indah yang tak terlupakan bagi Liang Kaspe. Padahal ia mengalami pendarahan di lengan sampai patah tulang. Namun, kejadian itu tidak membuatnya kapok.
Singa bernama Ringgo yang melukainya itu malah menjadi sahabat. Selalu ingin dekat dengan orang yang pernah disakiti tersebut. "Kalau saya keliling KBS, Ringgo selalu ikut, bahkan sering menemani saya di ruang kerja," ungkap Liang Kaspe.
Tapi sayang, Ringgo tidak berumur panjang. "Waktu Ringgo meninggal, saya bersedih, seperti kehilangan sahabat yang saya cintai," sambungnya.
Di KBS, Liang Kaspe mempunyai tiga hewan kesayangan yaitu gajah, harimau dan onta, dengan alasan yang berbeda. Ia menyukai gajah karena ingin membuktikan bahwa Liang yang berbadan kecil ini bisa berteman dengan binatang yang badannya jauh lebih besar. Ibarat kalau Liang Kaspe disenggol saja bisa nggelimpang. Kenyataannya, gajah bernama Manis yang berumur 50 tahun bisa menjadi temannya bermain.
"Sampai sekarang kalau saya temui di KBS, Manis minta disayang, baru tenang setelah belalainya dielus-elus," ujarnya.
Liang Kaspe juga mencintai singa karena wajah raja hutan ini sangar dan berjiwa pemberani. Dirinya terpacu untuk meluluhkan hatinya, dan ternyata berhasil. Binatang yang paling ditakuti manusia itu, bisa menjadi penurut di depan Liang Kaspe. Singa itu selalu mengikuti apapun perintahnya.
Binatang kesayangan lainnya adalah onta. Binatang yang satu ini makanannya rumput, tapi bagaimana bisa hidup di padang pasir berhari-hari dalam perjalanan tidak makan dan tidak minum.
Setelah dipelajari Liang Kaspe, ternyata di punuk onta terdapat jaringan zat yang bisa mensuplai kebutuhan sehari-hari di saat lapar maupun haus.
Di luar KBS, Liang Kaspe menyukai kuda dan anjing. Kuda itu gagah kesit, sedang anjing binatang yang setia kepada majikannya.
Ketika menyinggung soal anjing, tiba-tiba dokter Liang terdiam. Ia teringat ketika rumahnya di Jalan Musi Surabaya terbakar, pada 1 Desember 2023.
“Ada 10 ekor anjing saya mati terpanggang api. Barang-barang dan semua dokumen termasuk foto-foto kenangan selama di KBS terbakar semua, tidak tersisa selembar pun,” ucapnya lirih.
"Jumlah anjing saya sekarang enam ekor. Ada lima ekor yang selamat dari kebakaran ditambah satu anakan. Jenisnya Smooth Fox Terrier yang silsilah terdaftar di Perkin," tutur Liang Kaspe dengan nada sedih.
Kedekatan dan pengalamannya merawat hewan di KBS dituangkan dalam sebuah buka berjudul "Kenangan Yang Terbakar". Buku yang menceritakan kehidupan dan chemistry Liang Kaspe dengan berbagai jenis binatang ditulis oleh sahabatnya sesama penyayang hewan, bernama Iryani Syahrir.
Untuk menulis buku ini Iryani melakukan riset selama dua tahun, 2020-2022 dengan melihat langsung Liang bekerja, berkomunikasi dan merawat hewan yang sakit. "Saya melihat sendiri begitu mesra hubungan dokter Liang dengan binatang di KBS seperti keluarga sendiri, ada ikatan batin yang hanya dimengerti oleh Liang Kaspe sendiri” tutur Iryani saat dihubungi terpisah. Buku itu sudah di tangan penerbit katanya.
Liang Kaspe setuju kecintaannya pada hewan selama 35 tahun dibukukan supaya masyarakat tergerak hatinya ikut melestarikan kehidupan satwa liar terutama yang endemik Indonesia. Selain itu, agar para dokter hewan tidak mengutamakan peralatan-peralatan canggih untuk penanganan satwa liar. Terpenting adalah kasih sayang dan perhatian
Cita-cita Sejak Kecil
Menjadi dokter hewan merupakan cita-cita Liang Kaspe sejak kecil, dipengaruhi oleh seringnya nonton sirkus. Senang melihat raja hutan gajah dan orang hutan bisa diajak bermain bersama.
Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Liang Kaspe setelah lulus SLTA 1973, langsung mendaftar di Fakultas Kedokteran Hewan Unair Surabaya, lulus tahun 1981.
Orang tua Liang Kaspe sebenarnya tidak setuju anaknya menjadi dokter hewan, yang diinginkan dokter umum. Ayahnya menyarankan Liang Kaspe masuk kedokteran umum, karena dari segi ekonomi atau penghasilan lebih menjanjikan. Kalau dokter hewan apa yang diharapkan.
Tetapi Liang Kaspe tetap tegar dan berpandangan dengan menjadi dokter hewan dia bisa menyelamatkan hewan yang sakit supaya bugar dan bercengkerama kembali di alam bebas.
Konsekuensi dan tantangan yang dihadapi sebagai dokter hewan memang cukup berat. Harus berhadapan dan merawat pasien yang tidak bisa diajak bicara sakit apa, atau bagian mana yang sakit, untuk menentukan cara mengobatinya. Ia bangga kalau melihat binatang yang dirawatnya dapat sembuh total.
"Sebagai dokter hewan tIdak mengutamakan komersial tapi mementingkan kesejahteraan pasien, yaitu hewan yang dirawat," ungkapnya.
Liang Kaspe mulai bekerja di KBS setelah menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Kedokteran Hewan Unair tahun 1981 sampai pensiun 2014. Waktu pensiun ia masih menjabat Direktur Rumah Sakit Hewan (RSH) Setail sampai 2017.
Setelah rumahnya di Jalan Musi terbakar, Liang Kaspe tinggal di Jalan Gunung Lumpuh Batang, tak jauh dari Gedung Pengadilan Negeri Surabaya. Ia masih membuka praktik untuk kalangan terbatas, pelanggan lama dan teman dekat.
"Meskipun tidak buka praktik seperti dulu, cintanya pada binang tidak akan luntur," ujarnya.
Advertisement