Permintaan Opak Khas Jombang Meningkat pada Lebaran Tahun Ini
Terpuruk pada saat lebaran tahun lalu, produksi opak khas Jombang, Jawa Timur, kembali bergeliat pada lebaran tahun ini. Seperti yang terlihat di sentra produksi opak di Desa Kayangan, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Makanan yang populer dengan sebutan samiler ini kembali diburu pembeli untuk dijadikan camilan saat lebaran.
Irfandi Darmawan, 19 tahun, salah satu produsen samiler bercerita, pada lebaran tahun ini penjualan keripik samiler alami peningkatan setelah tahun lalu dihajar pandemi Covid-19. “Meningkat meskipun masih tidak seberapa,” ungkapnya kepada Ngopibareng.id, pada Selasa 11 Mei 2021.
Pangan olahan ini menggunakan singkong sebagai bahan baku utama. “Meskipun sedikit, tapi tetap lebih baik daripada lebaran tahun lalu,” ucap Irfandi Darmawan.
Pada lebaran di tengah pandemi Covid-19 tahun lalu, Irfandi Darmawan mengakui kesulitan dalam memasarkan produk samilernya. Namun sejak Januari 2021, rumah produksi samilernya stabil dengan menghabiskan 20-40 kilogram singkong dan bertahan sampai H-2 lebaran tahun ini.
“Meningkat, dilihat dari produksi dan pemesan. Sehari bisa terjual 10 kilogram dari 20 kilogram samiler yang di produksi. Tahun lalu tidak sampai segitu,” jelasnya.
Meningkatnya penjualan tahun ini bisa dilihat dari produksi samiler yang terus stabil dan tidak menurun, namun tetap menyesuaikan permintaan pasar. Irfandi menuturkan pada lebaran tahun ini ketersediaan bahan baku juga tidak mengalami masalah.
"Singkong masih mudah didapat, harganya juga masih stabil,” imbuh Irfandi Darmawan.
Proses pengolahan singkong menjadi samiler yang dilakukan Irfandi juga masih menggunakan teknik manual. Terdapat dua varian rasa, original dan pedas. Dengan beragam ukuran mulai dari ukuran kecil, sedang hingga agak besar.
“Biasanya dijual ke sekitar Jombang. Selama Ramadhan ini cukup meningkat, untuk kebutuhan camilan saat lebaran,” ujar Irfandi Darmawan.
Selain menggunakan peran tengkulak, Irfandi Darmawan juga tak jarang menerima pesanan melalui berbagai platform media sosial. Para pemesan rata-rata adalah pengusaha toko, hingga pembeli yang mencari oleh-oleh. Selama proses produksi, kendala utama yang sering ia hadapi adalah cuaca. Maklum saja, butuh sinar matahari agar samiler yang dijemur benar-benar kering.
“Kendalanya lebih ke cuaca dan juga pandemi seperti saat ini. Jadi kadang agak sedikit menghambat juga,” kata mahasiswa Stikes Pemkab Jombang ini.
Usaha Irfandi Darmawan tersebut sudah berdiri sejak lima tahun lalu. Di rumahnya, proses produksi samiler dilakukan bersama kedua orangtua dan satu adiknya. Irfandi Darmawan juga memiliki satu orang karyawan yang tak lain adalah tetangganya sendiri.
Pernyataan sama juga diutarakan Anik Purwanti, produsen kerupuk samiler lain di Desa Kayangan. Perempuan 41 tahun ini bersyukur penjualan samiler meningkat pada lebaran tahun ini. “Lumayan meningkat, tahun lalu ya sepi pembeli,” katanya.
Dibantu suami dan satu orang karyawan, dalam sehari Anik bisa memproduksi 20 kilogram samiler. Samiler buatannya dikirim ke sejumlah daerah di luar Jombang, seperti Sidoarjo, Krian, dan Porong. Selama Ramadan, ia menyebut permintaan samiler tidak menentu. Namun Anik memastikan setiap hari selalu ada pesanan, dari 10-30 kilogram.
Hampir sama dengan produsen lain, samiler yang dijual anik dipatok dengan harga Rp 25-26 ribu untuk kemasan 1 kilo rasa bawang. Sedangkan untuk rasa pedas harganya Rp 28-29 ribu per kilo. “Setiap hari produksi terus, jadi selalu sedia minimal 20 kilogram buat stok,” terang Anik Purwanti.