Perlu Kesempatan Berjeda dan Bermuhasabah, Pesan Haedar Nashir
Umat Islam perlu mengambil kesempatan untuk ‘berjeda’ dan bermuhasabah. Hal itu dimaksudkan untuk mendamaikan, meniadakan tindakan kontra produktif, terlebih menaikan intensitasnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan hal itu dalam acara Halal Bihalal diselengarakan Universitas Muhammadiyah Surabaya pada Rabu 19 Mei 2021 secara daring.
Dalam konteks kebangsaan, menurut Haedar, selalu ada sosok yang selalu ingin ‘heboh’ untuk menjaga eksistensi dirinya. Di era media sosial terlebih, banyak manusia yang mempertontonkan ‘keakuan’nya. Bahkan demi menjaga eksistensinya meski mereka salah enggan minta maaf karena sifat egoismenya.
Menyambung Tali Silaturahmi yang Putus
“Hal-hal psikologis seperti ini kelihatan sederhana, tapi jika diakumulasi menjadi banyak orang maka biasanya kemudian menyambung silaturahmi yang terputus itu bukan perkara muda,” kata Haedar.
Haedar pun menyebut, bahwa banyak orang yang telah bertemu secara fisik saling memaafkan namun ruhnya tidak, mereka lain di kata lain di hati. Mereka hanya bertemu fisik, tapi tidak di hati. Karena itu ia meminta untuk menghayati betul makna silaturahmi.
Kendala Hubungan Antarmanusia
Menurutnya, dalam hubungan antarmanusia terdapat kendala yang bisa menimbulkan keretakan. Haedar berseloroh, selain disebabkan perbedaan pendapat, retak hubungan juga bisa disebabkan adanya perbedaan pendapatan.
Maka dipelukan membangun mu’asyarah (perbaikan), tindakan ini diperlukan untuk perbaikan pada semau level hubungan, baik ditingkat keluarga, masyarakat, persyarikatan, dan kebangsaan. Tapi jangan lupa, mu’asyarah juga dilakukan dengan cara bil ma’ruf.
Dalam konteks persyarikatan, merupakan keniscayaan jika diisi oleh keragaman. Berbagai model dan gaya manusia bisa ditemui, karena memang tidak seragam. Maka kunci untuk menjaga organisasi/persyarikatan itu adalah anggota harus berada dalam persyarikatan, bertindak sesuai regulasi yang disepakati bersama.
Advertisement