Perlu Hadirkan Semangat Ramadhan di Luar Ramadhan
"Jika Ramadhan kepedulian kita sungguh terawat dengan baik, tidak pernah putus kedermawannya, maka apakah di luar Ramadhan kita masih eksis, meningkatkan kepedulian sesama," kata Gus Ali.
Indahnya Ramadhan baru berlalu. Hilang ditelan tenggelamnya sang matahari. Berganti hilal, dan sekejap suara takbir, tahlil dan tahmid menggema seantero tanah air dan di sebagian belahan dunia.
Ketiga kalimat suci itu merasuk ke dalam sukma setiap insan mukmin berbalut rasa syukur kepada sang khaliq karena ibadah Ramadhan tahun itu telah tuntas.
“Tidak ada harapan lain yang ingin digapai, kecuali mendapatkan predikat muttaqien, sebuah pangkat yang ingin disandang sampai hembusan nafas terakhir, karena di bulan yang mubarraq itu banyak kenangan manis bernilai ibadah,” kata KH Agoes Ali Masyhuri, pengasuh Pesantren Progresif Bumi Shalawat, Sidoarjo.
Dengan berakhirnya bulan suci Ramadhan yang dihiasi keikhsanan, mampukah kita mengulang lagi budaya-budaya kemaslahatan individu maupun untuk keumatan itu di luar shahru Ramadhan ?.
Jika masjid-masjid di bulan puasa semarak tidak hanya shalat jamaah, tetapi juga takjil gratis mengalir deras. Jika Ramadhan kepedulian kita sungguh terawat dengan baik, tidak pernah putus kedermawannya, maka apakah di luar Ramadhan kita masih eksis, meningkatkan kepedulian sesama.
Ketika hari raya kita bersuka cita, merayakannya dengan limpahan rizki, tetapi di belahan bumi yang lain, seperti di Rohingnya yang sekarang masih dalam cengkrama rezim yang dholim. “Padahal mereka seaqidah dengan kita. Saatnya kita melangkah di luar Ramadhan dengan tetap menghadirkan tradisi – tradisi, budaya di bulan suci dengan meningkatkan kepedulian sesame,” tutur Gus Ali, panggilan akrabnya. (adi)
Advertisement