Perkuat Nasionalisme, Santri Ma'had Aly Tebuireng Berbatik Tiap Sabtu
Masih dalam rangka rangkaian Hari Batik Nasional. Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng, Jombang, Jawa Timur memiliki tradisi memakai batik setiap minggu, sekali. Setiap hari Sabtu.
Setiap mahasantri dan civitas Ma'had Aly Hasyim Asy'ari diharuskan menggunakan baju batik dengan motif kesukaan masing-masing.
"Di Ma'had Aly Hasyim Asy'ari (di tempat kami kuliah), sudah menjadi tradisi yang unik dengan mengenakan batik di hari sabtu," ujar Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Muna Nurohman.
Gerakan mengenakan batik ini menurutnya sudah berlangsung sejak lama dan digunakan sebagai cara menanamkan kedekatan santri dengan budaya.
"Dengan mengenakan batik, individu dapat merasakan kedekatan dengan identitas budaya, memperkuat rasa kebersamaan dan menciptakan suasana positif di lingkungan sekitar," jelasnya.
Muna menambahkan, bagi mereka, batik melambangkan identitas budaya dan kebanggaan warisan nenek moyang. Bisa juga menjadi bentuk ekspresi kreativitas dan seni, menciptakan koneksi emosional dengan tradisi.
Sehingga, dalam kaca mata maha santri Ma'had Aly Hasyim Asy'ari, batik bukan hanya sekadar fashion, tetapi juga sebuah pernyataan identitas.
Perkuat Rasa Nasionalisme
Selain itu, batik juga memiliki peran penting dalam memperkuat rasa nasionalisme. Karena saat mengenakan batik, maha santri menunjukkan rasa bangga dan cinta sebagai bagian dari budaya Indonesia.
"Adapun kami berpendapat bahwa batik adalah simbol keindahan yang terus hidup dalam kehidupan sehari-hari, menghubungkan masa lalu dengan masa depan," imbuhnya.
Dikatakan Muna, lewat batik, Ma'had Aly Hasyim Asy'ari ingin mengajarkan kepada maha santri bahwa perbedaan itu indah. Batik, dengan ragam motif dan maknanya, juga mencerminkan kreativitas dan keragaman yang ada di Indonesia.
"Kita menjadikan setiap Sabtu sebagai hari yang penuh warna dan makna. Karena hari Sabtu di sini adalah awal kegiatan setelah libur hari Jumat," katanya.
Lebih jauh dari itu, Muna mengatakan bahwa memakai batik bentuk lain kecintaan maha santri pada negara. Hal ini sesuai dengan ajaran pendiri Pesantren Tebuireng yaitu KH M Hasyim Asy'ari. Dengan begitu, kelak nanti maha santri yang setelah lulus kuliah memiliki pemahaman bahwa rasa cinta dan bangga terhadap negara atau tanah kelahiran merupakan suatu nilai yang terintegrasi dalam keimanan seseorang.
"Tebuireng selalu mengajarkan cinta pada negara. Cinta kepada tanah air dianggap sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan sosial, budaya, dan sejarah, serta mengajak individu untuk berkontribusi dalam pembangunan dan kesejahteraan bangsa," pungas Muna.