Perkuat Kemampuan Juru Dakwah, Ini Strategi ‘Aisyiyah
Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Cholifah Syukri mengatakan, pelatihan dakwah merupakan amanat dari musyawarah kerja Majelis Tabligh periode 2015-2020. Selain itu menurut Cholifah, kebutuhan akan adanya muballighat pendamping muallaf juga merupakan tuntutan dari permintaan masyarakat.
“Pelatihan ini memang tuntutan masyarakat khususnya kader ‘Aisyiyah yang memiliki binaan yang merupakan para muallaf,” jelasnya, dalam keterangan Kamis, 12 Maret 2020.
Sebelumnya, ia mengungkapkan hal itu dalam acara Majelis Tabligh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, saat pembukaan Pelatihan Muballighat Pendamping Muallaf Tingkat Nasional. Acara yang berlangsung di Aula Kantor Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah ini diikuti oleh 45 peserta yang merupakan perwakilan dari 36 Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah dari 20 provinsi di Indonesia, belum lama ini.
Dalam melakukan pendampingan kepada Muallaf, menurut Cholifah, membutuhkan banyak pemahaman terhadap masalah-masalah yang dihadapi paska konversi agama.
“Kita mesti harus memiliki pemahaman bersama bahwa masalah yang dihadapi muallaf adalah konflik paska konversi yang berasal dari internal diri mereka sendiri maupun dari eksternal yang muncul dari orang tua, keluarga, pemuka agama, dan komunitas agama semula,” paparnya.
Persoalan yang dihadapi muallaf inilah disampaikan oleh Cholifah yang akan dipelajari bersama oleh para muballighat ‘Aisyiyah.
“Kita sebagai muballighat ‘Aisyiyah memandang penting untuk mendalami permasalahan dari aspek psikologis, sosiologis, regiulitas, faham agama Muhammadiyah khususnya serta ilmu-ilmu dakwahnya,” jelasnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pengarahan yang diberikan oleh Latifah Iskandar selaku Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah.
Latifah menyampaikan bahwa dalam melakukan pendampingan itu ada ilmunya, termasuk pendampingan kepada teman-teman muallaf. Ia mengajak para peserta untuk dapat memperkuat manajemen dan pengetahuan peta dakwah dalam melakukan pendampingan.
“Kita harus meningkatkan diri pada kekuatan kita yaitu manajemen dan peta dakwah,” ungkap Latifah.
Peta dakwah menurut Latifah adalah untuk dapat memfokuskan para Muballighat melihat daerah-daerah yang memerlukan pendampingan yang lebih. Selain itu menurut Latifah juga penting untuk dapat melakukan pendampingan dalam bidang kreativitas dan juga ekonomi.
Disampaikan oleh Latifah bahwa akan banyak tantangan yang dihadapi para muballighat dalam melakukan pendampingan akan tetapi melalui pelatihan ini bagaikan para peserta akan memiliki password untuk dapat mengakses berbagai informasi dalam hal dakwah.
“Tantangan kita memang tidak ringan tetapi mudah-mudahan dapat kita kerjakan,” tegasnya.
Latifah menyampaikan harapannya agar pelatihan ini dapat memperkuat kemampuan para Muballighat juga memperkuat dakwah ‘Aisyiyah dalam amar ma’ruf nahi munkar.
Acara pelatihan yang akan digelar pada 6-8 Maret ini akan mendalami materi ideologisasi, ilmu dakwah, materi wawasan, juga ketrampilan termasuk bagaimana mengatasi konflik serta pendekatan dari aspek ekonomi.
Para peserta pada hari terakhir pelatihan akan melakukan kunjungan ke komunitas muallaf yang telah mendapat binaan dari Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah Moyudan, Sleman yang juga merupakan komunitas dampingan yang menjadi “pilot project “Majelis Tabligh PPA selama 2 tahun ini.