Perkuat Jamaah NU di Jatim, Kiai Marzuki Segera Tancap Gas
Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar, setelah resmi dilantik, segera tancap gas. Termasuk di antaranya, menjadikan organisasi para ulama pesantren ini untuk dekat di hati rakyat, melayani kepentingan masyarakat. Hal ini sebagai ikhtiar untuk tetap menjaga eksistensi nilai ajaran Islam ala Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) An-Nahdliyah.
Ada ungkapan penting dari Kiai Marzuki, yang pengasuh Pesantren Sabilurrosyad, Malang ini, dengan mewajibkan pengurus NU mengambil mantu orang NU.
"Pengurus NU yang menikahkan anaknya dengan orang Wahabi akan saya pecat," ucapnya disambut tawa hadirin.
Hal itu diungkapkannya, saat pelantikan PWNU Jatim di PP Mambaul Maarif Denanyar, Jombang, Selasa 18 September 2018.
Kiai Marzuki menuturkan, NU didirikan KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah untuk membentengi umat dari paham Wahabi yang rusak dan merusak. Inilah khittah NU yang utama. Membentengi dari Wahabi.
Karena itu di setiap kabupaten/kota di Jatim, NU harus punya sekolah unggulan dan favorit. Di setiap jenjang. SD, SMP, SMA. Sekolah untuk anak-anak dengan Indikes Prestasi (IP) di atas 140. Sekolah yang tiap bulannya minimal bayar Rp 500 ribu.
"Untuk mewadahi orang-orang kaya baru. Yang ingin anaknya memperoleh pendidikan terbaik. Tanpa melihat biaya. Selama ini, mereka ditampung oleh sekolah-sekolah Wahabi."
"Dalam memilih pemimpin, jika ada calon yang didukung Wahabi, warga NU tidak boleh diam. Harus bicara. Harus kampanye. Agar tidak memilih yang didukung Wahabi. Inilah khittah yang utama."
Untuk ini, LP Maarif Jatim siap mendampingi yayasan yang ingin sekolah di bawah naungannya dipermak menjadi unggulan. Baik manajemennya maupun kualitas sumber daya manusia (SDM)-nya.
Agar sejak kecil anak terdidik ajaran Islam ala Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja). Sehingga ketika besar jadi apapun tetap Aswaja An-Nahdliyah.
Dalam memilih pemimpin, jika ada calon yang didukung Wahabi, warga NU tidak boleh diam. "Harus bicara. Harus kampanye. Agar tidak memilih yang didukung Wahabi. Inilah khittah yang utama."
Selama lima tahun ke depan, semua cabang harus punya Rumah Sakit (RS) NU. Agar saat sakit hingga wafat akidah Aswaja an-Nahdliyah tidak lepas.
Ke depan, turba PWNU ke cabang akan menyapa umat. Pagi sampai siang Shalawatan dan pengajian umum. Di alun-alun. Baru setelah zhuhur pertemuan khusus para pengurus. “Kita berharap, para kiai dan pengurus NU. Semoga Allah menganugerahkan taufik, hidayah, maunah dan kesehatan kagem para kiai sehingga semua hal di atas bisa terlaksana,” tuturnya. (adi)