Perkuat Ideologi Muhammadiyah, Ini Pesan Abdul Mu’ti
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengingatkan, peran ideologi Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa. Dalam Al-Quran surah Al-Maidah ayat 51 telah mengisyaratkan tentang landasan atau perintah teologis untuk melakukan gerakan pengembangan dan kemajuan.
“Secara umum, semua gerakan di Muhammadiyah sesuai dengan amanah yang terkandung dalam Al Qur'an, termasuk dalam perspektif kenegaraan,” ucap Abdul Mu’ti, dalam siaran pers diterima ngopibareng.id, Rabu (24/1/2018).
Diingatkannya, konsep negara dalam Al Qur'an dapat dianalogikan sebagai negeri yang penduduknya semua beriman kepada Allah dan berakhlakul karimah. Negeri yang tanahnya subur dan menghasilkan. Dan Negeri yang memiliki penduduk yang sehat fisik dan ilmunya.
“Dari sini maka secara ideologis, bentuk negara itu sesuai dengan tuntunan Al Qur'an. Maka jika saat ini ada sekelompok orang anti negara, berarti langkah tersebut tidak sesuai dengan Al Qur'an,” tegas Mu’ti.
Diungkapkan hal itu, dalam kegiatan peneguhan kompetensi ke-Islaman dan Kemuhammadiyahan bagi para guru, Madrasah Mu’Allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Selain Abdul Mu’ti, panitia juga menghadirkan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dahlan Rais, dan Alfian Darmawan, Mukhsin Haryanto, serta Khoiruddin Bashori.
Acara yang bertempat di kompleks asrama terbaru, hasil kemitraan antara Mu'allimin dengan kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat itu digelar pada tanggal 18 hingga 19 Januari 2018 dan diikuti seluruh tenaga pengajar.
Keberagaman yang ada dalam kenegaraan, menurut Mu’ti, merupakan sunatullah. Dan hal itu tertuang dalam kitab suci Al-Quran.
“Maka Islam dan Al-Quran tidak alergi terhadap kebangsaan, perbedaan etnik, bahasa dan suku. Yang membedakan adalah ketaqwaannya. Dalam Al-Quran pun tidak mementingkan nasab (keturunan). Nasib tidak bergantung pada nasab. Namun nasib kehidupan orang itu tergantung pada kasab (prestasi),” jelas Mu’ti.
Dalam konteks kenegaraan, Muhammadiyah tidak alergi terhadap kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dan juga akan selalu taat pada aturan yang ada di negara tersebut.
“Dalam bergaul harus berbaur, tidak menjaga eksklusivisme personal. Bernegara berarti dalam rangka menegakkan perintah Al-Qur'an. Perkara bentuknya, tak masalah, karena sudah bersinggungan langsung dengan aspek muamalah. NKRI bagi Muhammadiyah adalah bentuk yang paling ideal, karena di situlah Muhammadiyah bisa merealisasikan dan mengaplikasikan visi dan misinya,” imbuh Mu’ti.
Secara historis, dalam melakukan perlawanan terhadap kaum penjajah, maka Muhammadiyah menerapkan prinsip sosial budaya dan pendidikan. Pada dewasa ini pun Muhammadiyah berpandangan bahwa negara adalah wadah untuk mengemban misi dan visi sesuai Al-Quran.
“Pada intinya, Muhammadiyah tidak alergi dalam berpolitik. Dan negara Pancasila merupakan wahana untuk berdakwah,” pungkas Mu’ti.
Sementara itu, Dahlan Rais mengatakan bahwa hidup warga Muhammadiyah berdasarkan pada tauhid. “Kunci atau pilar utama Muhammadiyah itu pencerahan umat, menggembirakan amal salih, bekerja dalam kebajikan, dan tidak berpolitik praktis,” jelas Dahlan.
Dahlan juga mengatakan bahwa orang Muhammadiyah tidak terbiasa tidur siang. Karena mengacu pada dalil Qur'an, bahwa tidur siang ini tidak ada manfaatnya.
“Warga Muhammadiyah memiliki tipe suka bekerja keras. Meskipun, secara global kinerja kita masih relatif kalah jika dibandingkan dengan negara lain,” jelas Dahlan.
Dahlan juga menjelaskan bahwa pendidikan yang bermutu bagi Muhammadiyah dipandang sebagai salah satu faktor utama untuk mengadakan perubahan masyarakat ke arah kemajuan. Di Indonesia, pendidikan masyarakat yang semakin baik atau tinggi belum bisa seiring dengan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat.
“Itulah maka secara global, di negara-negara yang mayoritas penduduknya Islam, berada di belakang. Dan ini merata terjadi di dunia Islam secara keseluruhan. Dunia muslim bukanlah pembuat, namun sebagai konsumen,” ungkap Dahlan.
Oleh karena itu, mestinya masyarakat Indonesia harus berpola pikir futuristik, berorientasi ke masa depan.
“Hal lain yang perlu ditekankan di sini adalah mengoptimalkan kreatifitas yang kita miliki untuk berkarya lebih baik,” jelas Dahlan. (adi)