Perkuat Hubungan Bilatern RI-Perancis, Peluang Investasi
Indonesia dan Perancis memperkuat hubungan bilateral, terutama di sektor pertahanan dan keamanan, kesehatan, hingga komitmen menjaga stabilitas di kawasan dan global. Hal itu terjadi dalam kunjungan kerja Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi ke Paris, Perancis, pekan lalu.
Pada kunjungan pekan lalu itu, Menlu RI menggelar pertemuan dengan Menteri Pertahanan Perancis, Florence Parly, Jumat 18 Februari 2022, dan dengan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, di Paris, Minggu lalu.
Pertemuan dengan Menteri Pertahanan Parly difokuskan pada tukar pikiran situasi di Kawasan Eropa dan Asia.
Perkembangan di Ukraina dan Myanmar dibahas dalam pertemuan, sekaligus juga membahas kerja sama strategis di berbagai bidang, termasuk pertahanan.
“Mengulang apa yang disampaikan Presiden RI saat menerima Menteri Parly, kerjasama pertahanan tidak hanya terfokus pada pembelian alutsista. Namun juga pengembangan kapasitas, riset dan produksi bersama serta investasi, dalam rangka memperkuat industri strategis nasional," ujar Menlu Retno dalam keterangan resmi, Rabu 23 Februari 2022.
Baik Retno maupun Parly berharap agar pertemuan 2+2 (Menlu+Menhan) kedua negara dapat diselenggarakan dalam waktu dekat.
Bilateral Lebih Luas
Pertemuan dengan Menlu Perancis tersebut membahas kerjasama bilateral yang lebih luas, antara lain di bidang kesehatan, transisi energi, hambatan perdagangan komoditi, Indo-pasifik dan pertukaran pandangan mengenai perkembangan di Ukraina dan Myanmar.
Kedua pihak sepakat untuk terus perkuat kerjasama kesehatan dan Indonesia sangat menghargai dukungan vaksin dari Perancis.
Sejauh ini Indonesia telah terima 6.3 juta dosis vaksin dukungan Perancis.
"Dalam konteks yang lebih strategis, Perancis telah sampaikan dukungan kepada Indonesia untuk menjadi salah satu hub dari pengembangan vaksin mRNA di Kawasan Asia," tambah Retno.
Menurutnya, perluasan produksi vaksin mRNA merupakan hal krusial dalam memastikan keadilan dan pemerataan vaksinasi di dunia.
“Dalam jangka panjang, kami ingin meningkatkan kapasitas produksi vaksin mRNA. Perluasan hub produksi dan transfer teknologi vaksin ke negara-negara berkembang dapat mendorong pemerataan dan keadilan vaksinasi dunia," ungkapnya.
Mengenai kerjasama transisi energi, Indonesia tekankan pentingnya transfer teknologi yang terjangkau dan investasi agar semua negara dapat lakukan transisi energi tanpa korbankan pembangunan dan pemenuhan SDGs.
Investasi di Indonesia
Indonesia juga mengajak Prancis untuk meningkatkan investasi di Indonesia, terutama di bidang transisi energi.
"Hal ini sejalan dengan kesepakatan kedua negara yang tertuang dalam Letter of Intent on Cooperation to Accelerate Energy Transition in Indonesia," ucapnya.
Terkait kerja sama perdagangan, Menlu RI mendorong agar di masa presidensi Prancis di Uni Eropa, dapat dicapai kemajuan yang berarti dalam perundingan I-EU CEPA, dan tidak lagi ada diskriminasi terhadap kelapa sawit, termasuk dalam rancangan regulasi UE yang baru terkait deforestation free products.
Terkait isu Indo Pasifik, disampaikan bahwa pada ASEAN Retreat, ASEAN telah mendukung usulan Indonesia mengenai concept paper on Mainstreaming Four Priority Areas of the ASEAN Outlook on Indo Pasific.
Indonesia juga mengajak Prancis berpartisipasi dalam kerja sama konkret di bidang maritim, SDGs, perdagangan dan investasi.
“Saya berharap Prancis menjadi salah satu negara pertama yang membangun kerja sama dengan ASEAN di bisang maritime, SDGs, perdagangan, dan investasi," kata Retno.
Sementara terkait isu Myanmar, Dirinya mengungkapkan bahwa Indonesia terus mendorong implementasi 5 point-consensus (5 PC) yang masih belum mencapai kemajuan berarti.
Kedua Menlu juga lakukan tukar pandangan mengenai perkembangan di Ukraina.
Indonesia berharap agar semua pihak memberikan kesempatan bagi negosiasi dan diplomasi untuk bekerja.
Menlu RI berada di Paris untuk menghadiri The Indo-Pacific Ministerial Forum atas undangan Menlu Prancis.
Selain menghadiri The Indo Pasific Ministerial Forum, Menlu juga akan memimpin Bali Process Steering Committee Ministerial Meeting, sebagai persiapan untuk pertemuan Bali Process yang akan diselenggarakan akhir tahun ini di Bali, sekaligus merayakan 20 tahun sejak terbentuk.
Menlu juga akan melakukan berbagai pertemuan bilateral dengan para Menlu lain yang juga hadir dalam Indo-Pacific Ministerial Forum.