Perkenalkan Sejarah Muhammadiyah, Begini Alasan Siti Noorjannah
Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Siti Noorjannah Djohantini menekankan, kaum muda membutuhkan kisah sejarah terkait masa depannya. Untuk itu, ia memulainya dengan memperkenalkan sejarah Muhammadiyah saat menyambut mahasiswa baru dalam Mataf (masa ta’aruf) daring Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta.
Dengan pemahaman sejarah tentang posisi berpijak, Noordjannah yakin para mahasiswa baru akan membawa semangat segar dalam menjalani masa belajar di Unisa Yogyakarta. Termasuk meneladani sejarah perjuangan ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah jauh sebelum Indonesia merdeka.
Berangkat dari pemahaman keagamaan Muhammadiyah yang memandang perempuan dan laki-laki punya kesempatan, hak dan posisi yang sama dalam berjuang, jejak kehadiran ‘Aisyiyah dalam konsistensi membangun negeri sejak 1914 berhasil menghasilkan berbagai universitas dan rumah sakit yang beroperasi dengan semangat inklusivisme tanpa memandang perbedaan suku, agama, dan ras.
“Karena itu para mahasiswa baru ini tidak salah memilih institusi pendidikan,” tegas Noorjannah, dalam keterangan Selasa, 29 September 2020.
Lebih lanjut, Noordjannah juga memberi nasihat agar mahasiswa baru mampu menjadi generasi terbaik dengan berakhlak mulia, mental mandiri, gigih berikhtiar, dan bertanggungjawab.
“Jangan sekali-kali berperilaku pragmatis, instan. Kalau muda pragmatis, tuanya semakin pragmatis,” pesannya sembari meminta agar para mahasiswa baru memiliki karakter mencintai ilmu dan profesi.
“Harus disiapkan mentalnya, kekuatan batinnya. Menghindari informasi yang hoaks. Di kampus mulailah jadi generasi iqra’, senang dengan diskusi. Dan jika punya ilmu harus saling taawun. Kutu buku bagus, tapi harus diikuti kebutuhan perilaku sosial dan bermanfaat bagi orang lain,” pesan Noordjannah.
“Terakhir kami berharap anda akan menjadi kader-kader yang membanggakan, orang yang memiliki kontribusi sejak dari mahasiswa dan bermakna. Itu harus diikhtiarkan. Terus bergerak pantang menyerah untuk menjadi kader-kader yang bertebaran dengan kekokohan kekuatan ilmu, akhlak, dan jiwa sosial,” kata Siti Noorjannah Djohantini.