Perjuangan Penjual Bendera Menjelang Agustusan di Sidoarjo
Menjelang bulan Agustus, penjual bendera mulai marak di Sidoarjo, Jawa Timur. Hampir setiap sudut kota selalu dihiasi pemandangan bendera merah putih yang tidak lain adalah dagangan warga rantauan.
Seperti Asep asal Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat ini sudah menjadi pedagang musiman bendera ketika Agustusan. Pria berusia 58 tahun ini memilih Sidoarjo sebagai tujuan berdagang bukan tanpa alasan. Menurutnya, daya beli masyarakat Sidoarjo sangat baik. Bahkan, rasa nasionalisme warga Kota Delta ini juga cukup tinggi.
"Nasionalisme warga Sidoarjo juga bagus, yang jalan kaki beli, naik motor beli, bahkan naik mobil pun juga beli," ucap Asep saat ditemui Ngopibareng.id, Senin, 24 Juli 2023.
Asep berjualan di area trotoar Gelora Delta Sidoarjo. Ia tiba disini sejak tanggal 16 Juli 2023. Meskipun hampir seminggu, satupun dagangan Asep belum laku terjual. Sehari-hari, Asep tidur di samping dagangannya hanya beralaskan terpal. Dinginnya angin malam dan gangguan nyamuk, bagi Asep sudah biasa.
"Ya mau gimana lagi memang keadaan begini. Inikan belum apa-apa dibanding perjuangan oang tua kita dulu melawan penjajah, kita mah tinggal meneruskan aja," tuturnya.
Asep juga menggunakan terpal yang dibawanya sendiri untuk berteduh ketika hujan tiba. Tak jarang dia harus berlarian mencari tempat berteduh. "Kalau barangnya ya cukup ditutupi pakai terpal ini aja, saya pakai terpal juga lalu lari kesana untuk berteduh," ungkapnya.
Setiap hari, Asep makan dua kali. Mahalnya harga pangan di Sidoarjo dikeluhkan ayah dua anak ini. Namun, Asep bersyukur setiap hari Jumat tiba, ia mendapatkan banyak makanan Jumat berkah.
"Alhamdulillah setiap hari Jumat saya tidak pernah beli nasi, banyak orang yang ngasih Jumat berkah. Bawa mobil ngasih, kadang dari komunitas juga ngasih," ucapnya bersyukur.
Berdasarkan pengalaman Asep setiap tahun, antusias pembeli bendera merah putih meningkat ketika memasuki tanggal 1 hingga 7 Agustus. Setelah tanggal itu, pembeli menurun.
"Puncaknya ya seminggu itu. Paling banyak dicari bendera merah putih kotak ukuran 80x20 cm. Itu paling besar harganya Rp60 ribu, ukuran sedang Rp40 ribu. Yang kecil Rp25 ribu," jelasnya.
Asep mengatakan mayoritas penduduk di Leles, Garut menjadi produsen bendera atau atribut Agustusan. Sekali berangkat, setiap orang hanya dijatah dua karung saja oleh bos-nya. Asep hanya sebagai pedagang saja. Jika ada kendala penjualan ia harus segera lapor ke bos-nya agar barang yang tak laku dikirim ke daerah lain yang lebih ramai penjualan.
"Kalau barang kita habis pun juga harus segera kasih kabar ke bos, agar dikirim lagi. Maksimal dua karung per orang, tapi gak pernah habis. Habisnya pasti satu karung terjual semua," ujar Asep.
Asep menjadi pedagang musiman di Sidoarjo sejak 2007 silan. Dulu, ia berangkat dari kampung halamannya di Garut menuju Sidoarjo menggunakan kereta. Namun, setelah pandemi COVID-19, Asep berpindah menggunakan bus.
"Terpaksa naik bus karena syarat administrasi naik kereta susah, harus booster, beli tiket online. Saya gak bisa," keluhnya.
Saat ditanya mengenai hasil dagangan, Asep enggan menjawab secara detail. Ia hanya berkata, meskipun tidak banyak pembeli tapi bisa untuk menafkahi keluarganya di Garut. "Kadang nombok, karena tingginya biaya makan disini," tutupnya.
Begitu momen Agustusan berakhir, Asep kembali ke aktivitas sehari-hari di kampung halamannya sebagai petani padi.
Advertisement