Perjalanan Tol, Menikmati Panorama Negeri
Sejak 20 Februari 2020 saya tidak pernah bepergian jauh dari Jakarta. Paling sampai Bandung dan Cirebon atau Banten.
Minggu kemarin pukul 8 pagi berangkat ke Mojokerto naik mobil,rasanya asyik. Jakarta - Surakarta lumayan ramai, tetapi rest area masih sepi. Surakarta - Jombang tol sepi, kasihan pengelola jalan tol. Tadi siang pulang, 12.30 dari Mojokerto, sekarang sudah sampai km 60. Satu jam lagi sampai rumah saya di Bekasi.
Sekali jalan hanya 9 jam termasuk istirahat 1 jam.
Saya sarankan yang ingin ke Jawa Timur pakai darat saja, biar jalan tolnya agak ramai. Pemandangan benar-benar indah, mulai Semarang - Surakarta, Sukarta ke timur banyak panorama .
Sayang restoran di rest Area hanya sedikit yang buka. Sepi. Saya lihat sawah ladang menghijau, petani rupanya berjasa ikut menyangga ekonomi yang lesu.
Bisa dibayangkan, berapa kerugian negara kalau sepi terus. Tapi kata sopir saya, enakan seperti ini pak sepi, nggak ada kecelakaan lalu lintas.
Dua hari di luar kota, kunjungi teman, mengacuhkan Corona. Pada hal di internet ternyata merah gelap menandai tingginya tingkat Corona di Mojokerta. Capai. Tetapi badan terasa fresh. Berkat minum tolak angin pagi sore dan pulang dibawain obat bikinan Pasuruan.
Setiap pagi saya makan bawang putih diredam madu selama dua minggu. Alhamdulillah, biar tua asal sehat.
Seorang warganet pun berkomentar, "Pada akhirnya rakyat punya cara sendiri dalam "mengatasi" virus ini, juga lebih bisa flexibel dan aman daripada pemerintah sendiri". Demikian A Khoirul Anam.
DR KH As'ad Said Ali
Pemerhati masalah sosial kenegaraan, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2010-2015, dan Wakil Kepala BIN, 2001.
Advertisement