Perjalanan Panjang Sirikit Syah Melawan Penyakit Kanker
Dunia pers berduka. Wartawan senior, dosen, penulis sekaligus pengamat media, Hernani Sirikit Syah meninggal dunia pagi ini, Selasa, 26 April 2022. Perempuan berusia 62 tahun ini, menghembuskan napas terakhirnya di RS Haji Surabaya.
Kabar duka itu membanjiri beragam media sosial serta grup WhatsApp awak media di Surabaya. Almarhumah dikenal sebagai rujukan para jurnalis untuk belajar tentang penulisan. Jauh sebelum meninggal dunia, Sirikit sapaan akrabnya, diketahui mengidap kanker. Ia berjuang melawan kanker sejak 2013.
"Sakitnya sudah lama, pertama kali sekitar 2013 kena kanker payudara lalu dikemo (kemoterapi), dan kankernya dinyatakan sembuh," kata Bintang Putra, anak kedua Sirikit Syah, usai pemakaman di TPU Keputih Surabaya.
Beberapa tahun kemudian saat melakukan pemeriksaan, diketahui kembali ada tumor di liver.
"Mungkin kita deteksinya kurang detail atau bagaimana, sudah dinyatakan sembuh. Beberapa tahun kemudian terdeteksi ada bibit kanker atau tumor di liver. Ada yang baru," ungkap Bintang,
Bintang menceritakan, saat mengetahui kondisi tersebut, Sirikit disarankan untuk melakukan kemoterapi. Tetapi ia meminta rehat sejenak. Ia lelah sudah menjalani pengobatan panjang untuk kanker payudara.
"Waktu itu ditawarin kemo, tapi ibu belum siap karena nggak mau kecapekan lagi. Karena kemo itu sulit, ibu minta jeda. Ternyata sudah nyebar bibitnya," terang Bintang.
Satu minggu lalu, Sirikit dilarikan ke RS Haji karena kondisinya yang semakin menurun.
"Seminggu yang lalu masuk rumah sakit ibu lemes banget, sulit makan. Di rumah sakit diinfus dikasih nutrisi. Tapi dokter bilang ini memang sudah stadium 4, yang bisa dilakukan cuma mengurangi rasa sakit sama menunggu ibu pulih dengan sendirinya," kata Bintang.
"Dengan harapan kalau pulih bisa kemo ditawarin lagi. Ternyata ndak pulih-pulih ibu. Ya mungkin ini yang terbaik," imbuhnya.
Semasa hidupnya, Sirikit Syah dikenal sebagai sosok yang dermawan, humble, dan cerdas.
"Beliau sosok yang dermawan, saat pergi kemana pun ia selalu membelikan oleh-oleh bagi seluruh karyawan dan dosen Stikosa AWS," ujar teman dosen Sirikit Syah, Suprihatin ditemui di rumah duka di kawasan Rungkut Asri Surabaya.
Supriharin juga menceritakan bahwa Sirikit memiliki andil dalam menyelesaikan pendidikan S1-nya.
"Beliau dosen saya saat S1, beliau juga yang memotivasi saya untuk percaya diri dalam berkarir dan terus menulis," kenang Titin, sapaannya.
Di matanya, Sirikit Syah juga merupakan seseorang yang humble dan bisa berteman dengan siapa saja.
"Tidak ada jarak bahwa beliau itu sosok orang terkenal dan orang hebat. Berteman dengan kita dan siapa saja beliau sangat humble," ungkapnya.