Perjalanan ke Coban Lanang
Traveling
Oleh Yoni Astuti
Kota Batu identik dengan aneka bunga, buah, sejuknya udara, indahnya panorama, oleh-oleh, dan air terjun. Ada beberapa air terjun tersebar di kota Batu, salah satunya Coban Lanang yang ada di Dusun Ngujung, Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji.
Kesejukan Coban Lanang
Jalur menuju Coban Lanang melewati perkebunan bunga mawar, jeruk, jambu, dan sayuran. Di sekelilingnya terlihat Gunung Arjuna, Gunung Panderman, dan Gunung Wukir.
Sesampai di tempat parkir, kami menuju loket untuk membeli tiket. Di dekatnya ada tempat mencuci tangan dan alat pengukur suhu tubuh. Prosedur wajib yang harus dipatuhi oleh pengunjung saat berwisata di era pandemi ini.
Harga tiketnya Rp10.000,00 per orang. Gerbang masuk menuju air terjun berupa pintu kayu jati. Dari sana, berbelok ke kanan sedikit dan menuruni tangga di sebelah kedai, menuju jembatan bambu. Tampak air sungai mengalir di sisi kanan, melewati bebatuan. Terlihat indah.
Setelah melewati jembatan bambu, berbelok ke kiri sekitar 50 meter, lalu menuruni jalan tanah yang telah dibentuk anak tangga. Setiap anak tangga diberi batas dengan bambu. Sisi kiri adalah tebing batu. Sementara sisi kanannya adalah lereng, sehingga dibuatkan pagar bambu untuk keamanan wisatawan. Dari ujung belokan ke kiri, mulai terlihat air terjun di balik deretan pohon bambu. Langkah kami segerakan untuk melihat kecantikan air terjun dari dekat.
Air terjun tidak terlalu tinggi, tetapi volume airnya cukup besar. Jatuh air di atas bebatuan, menimbulkan suara keras yang menyejukkan. Iramanya berkesinambungan, sehingga membentuk alunan musik yang menenangkan jiwa, apalagi bila sambil memandang tarian air yang jatuh. Bagaikan bermeditasi.
Wisatawan tidak diperbolehkan mandi di bawah air terjun karena tidak ada tempat landai yang aman untuk berdiri. Banyak batu besar yang berserakan. Dikhawatirkan, wisatawan akan terpeleset dan terantuk batu.
Banyak wisatawan yang datang membawa sepeda gunung dan berfoto dengan latar belakang air terjun. Ada pula yang turun ke sungai, memotret aliran air melewati bebatuan besar untuk mendapatkan foto air mengalir selembut kapas. Kegiatan lainnya yang digemari wisatawan, tentu saja berfoto dengan berbagai latar belakang.
Andai bisa, ingin rasanya bermalam di tenda di tepi sungai. Mendengarkan musik alam yang menyejukkan jiwa, sambil makan jagung dan singkong bakar. Semoga semua fasilitas segera ada, agar menjadi jujugan yang nyaman dan mengukir kesan tak terlupakan.
Baru Saja Dibuka
Di sekeliling air terjun ada banyak pohon bambu yang ukurannya besar. Masyarakat setempat menyebutnya barongan. Juga ada jalan setapak menurun. Menurut Mukhlas Rofiq, pengelola Coban Lanang, fasilitas yang ada masih sedikit, karena ia baru menatanya beberapa bulan yang lalu. Tempat wisata ini baru dibuka untuk umum pada 10 Agustus 2021.
Harapannya, Coban Lanang bisa menjadi tempat wisata yang murah meriah dan tidak menguras kantong. Bisa dikunjungi segala umur dan menawarkan kegiatan wisata yang diminati sesuai kegemarannya. Oleh karenanya, akan dibuatkan beberapa fasilitas pendukung, seperti: jalan setapak mengitari air terjun agar wisatawan bisa melihat kecantikannya dari segala sisi, jalur trekking ke beberapa tempat, tubing, tempat untuk yoga dan meditasi, serta tempat untuk berkemah.
Tak jauh dari Coban Lanang (lanang artinya lelaki), ada sumber air yang dinamai Coban Wedok (wedok artinya perempuan). Saat ini masih dalam proses penataan jalur agar nantinya nyaman untuk dikunjungi.
Santai di Kedai
Setelah melemaskan kaki mengunjungi air terjun, saatnya bersantai di kedai yang ada di dekat pintu masuk tadi. Mengudap pisang goreng, onde-onde, jagung bakar, dan stoberi. Ditemani teh tawar panas. Sangat spesial. Apalagi sambil menikmati keindahan sekitar.
Setelah isi perut agak turun, lanjut dengan makan siang. Nasi ayam sayur lodeh nangka muda jadi pilihan. Rasanya … hm … mak nyuuus!
Lumbung Stroberi
Tak jauh dari Coban Lanang, ada sebuah tempat yang menawarkan surga bagi pecinta stroberi. Bisa berjalan di hamparan kebun stroberi dan memetik buah yang telah matang. Memetik dengan tangan sendiri, merupakan pengalaman yang sangat istimewa.
Wisatawan tidak hanya bisa memetik, tetapi juga belajar bagaimana menanam stroberi agar menghasilkan buah yang bagus.
Hanya lima buah saja yang boleh dimakan di kebun. Selebihnya, hasil petikan menggunakan gunting kecil akan dimasukkan keranjang yang disediakan, ditimbang, dan dibeli.
Lumbung stroberi ini dikelola oleh Bumbes (Badan Usaha Milik Desa), tepatnya di Dusun Pandan, Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Wisatawan yang tidak ingin berkeliling kebun dan memetik stroberi, dapat bersantai di kedai, ditemani berbagai menu ringan yang dapat dipilih. Ada olahan berbahan dasar stroberi yang ditawarkan, salah satunya jus stroberi. Rasanya? Hm, jangan ditanya kesegarannya.
Tersedia juga toko oleh-oleh. Buah stroberi segar dikemas dengan kotak berbahan kertas yang dibentuk dengan bagus. Juga ada minuman stroberi dan bahan lainnya, seperti: murbei, beet, dan jeruk nipis. Suvenir bergambar dan berhias stroberi tak ketinggalan siap untuk diadopsi.
Bagi pecinta stroberi yang belum sempat berkunjung, dapat membelinya secara online. Mudah bukan? Namun, tentu saja memetik sendiri akan lebih menyenangkan dan menambah imun tubuh.
Asemrowo, 13 Oktober 2021.
(Tulisan ini pernah dimuat di Harian Surya 12 September 2021)