Sempat Ditelantarkan Klub Hingga Akhirnya Sukses di Timnas
Bintang Timnas Indonesia U-16 asli Surabaya, M. Supriadi ternyata memiliki perjalanan berliku sebelum dirinya masuk jadi penggawa Garuda Muda asuhan Fakhri Husaini. Lahir di Surabaya dan berasal dari keluarga yang serba kekurangan, Supri sapaan akrabnya rela harus berjualan baju dan sepatu untuk bisa meraih cita-citanya menjadi pemain sepakbola nasional.
Supriadi tinggal daerah Kedung Asem, Surabaya. Dari sana ia memulai perjalanan hidup menjadi sebagai pemain sepakbola. Mulai dari bergabung tim galadesa Rungkut FC, Supriadi sering mendapat undangan turnamen.
Sayang, Supariadi sering absen dalam turnamen galadesa. Penyebabnya, karena masalah finansial. Supriadi sering angkat tangan alias menyerah jika sudah menyangkut masalah uang.
Asal tahu saja, mesk levelnya masih galadesa, namun setiap pemain biasanya ditarik iuran agar bisa ikut turnamen. Baru setelah tim bisa jadi juara, hadiah uang yang diterima akan dibagi bersama.
"Kalau soal biaya, saya jujur tidak bisa karena bapaknya juga pekerjaannya ndak tetap. Kadang ada kadang juga tidak. Kalau ada turnamen maksud saya tidak usah ikut karena masalah uang tadi, karena bapak juga sudah sakit-sakitan," kata Kalsum, ibu kandung Supri di rumahnya.
Namun, keinginannya menjadi pesepakbola yang sudah ia awali sejak dari Taman Kanak-kanak tak bisa padam. Sampai suatu saat, Supri mendapatkan tawaran ke Jakarta. Saat berada di Jakarta, nasib Supriadi bukannya membaik, tapi malah terlantar tak terurus. Supriadi bahkan sampai harus jual baju dan sepatu bola untuk beli makan dan bayar sekolah.
"Sebenarnya saat mau ke Jakarta, saya sempat menolak. Biar sekolah dulu di SMP 23. Namun klub Blue Eagle, terus mendesak. Tapi nyatanya, Supriadi malah ditelantarkan," kata wanita 57 tahun ini.
Mendengar kabar tersebut, Kalsum sebenarnya tak tega. Namun dia mengaku tak bisa berbuat apa-apa di Surabaya. Sebab, tak ada biaya untuk berangkat ke Jakarta menjemput.
Nasib Supriadi di Jakarta baru tertolong saat ada seleksi timnas Indonesia Pelajar. Dia telepon ke salah satu anggota PSSI minta dijemput karena sakit.
"Untungnya dia punya nomor orang PSSI, jadi dia tertolong dan dibawa PSSI untuk dirawat dan masuk ke Timnas Pelajar," ceritanya sambil teteskan air mata.
Usai masuk Timnas Pelajar, penderitaan Supriadi dan Kalsum ternyata belum berhenti. Kata Kalsum, karena dirinya yang sangat mendukung karir Supriadi membuat suaminya jengkel. Setiap uang yang diberikan suaminya kepada Kalsum, selalu habis untuk biaya turnamen. Akhirnya, Supriadi diusir dari rumah.
Singkat cerita, Supriadi pun harus tidur di warung milik ibunya. Ibunya saat itu memang mempunyai sebuah warung yang berjualan nasi dan es blewah.
Selain mengandalkan uang dari hasil penjualan nasi di warungnya, Kalsum juga meminta bantuan kepada kakak Supriadi untuk ikut membiayai adiknya. Bahkan kakaknya sampai menggadaikan BPKB motor untuk berangkat ke Malaysia.
"Saat itu saya kumpulkan ketiga kakak Supri. Dan mereka mau menggadaikan BPKB motor untuk biaya berangkat ke Malaysia," katanya.
Setelah sukses di Malaysia Supriadi karier Supriadi pun jalannya mulai mulus. Ia pun langsung tancap gas berangkat ke Cina dengan berlabel merah putih di dada. Usai dari sana, Supri pun ketemu dengan pelatih Timnas Indonesia U-16 Fakhri Husaini, dan dia masuk ke skuad Garuda Muda tanpa seleksi.
"Saat itu pulang dari Cina Supri langsung dipanggil Fakhri Husaini tanpa seleksi dan jadi pemain inti hingga saat ini," tutur Kalsum.
Putra keempat dari pasangan Kalsum dengan Denan ini pun sudah keliling Asia untuk mengharumkan nama Indonesia. Mulai dari Cina, Jepang, Thailand, Singapura, Malaysia.
Supri kini bermain di Piala AFF U-16 mewakili Indonesia. Pemain ini juga sudah mencetak gol perdananya saat menghadapi Filipina, Minggu lalu. Dan nanti sore Supri akan menghadapi Myanmar.
"Jika mengingat perjuangan Supri awal-awal rasanya tak tega, tapi setelah berhasil seperti saat ini rasanya saya sangat senang," tutup Kalsum. (hrs/amr)