Perjalanan Indah di Haramain ketika Ramadhan, Ini Kisah Ustadz Taufik Mukti
"Dari kota Madinah menuju kota Makkah di tengah perjalan saya dan rombongan jamaah umrah yang berjumlah 1 bus melaksanakan umrah dengan miqat awal di Dzulhulaifah atau Masjid Bir Ali seperti dahulu yang dilakukan oleh Baginda Rasulullah SAW saat melakukan hal tersebut. Selanjutnya kami melaksanakan Thawaf mengelilingi Ka’bah 7 kali dan melakukan Sa’i dalam keadaan puasa di Masjidil Haram." Ustadz Muhammad Taufik Mukti
Ibadah Umrah bulan Ramadhan, merupakan keindahan tersendiri beribadah di bulan suci. Ada pengalaman menarik, dituturkan Ustadz Muhammad Taufik Mukti, tour leader dari Surabaya. Ustadz yang juga aktif di Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Jawa Timur ini, menulis secara khusus untuk ngopibareng.id :
Yang saya rasakan saat kesempatan itu tiba adalah bisa menunaikan ibadah Ramadhan di Madinah Al-Munawarah dan Makkah Al-Mukarramah setiap tahun dalam sembilan tahun terakhir ini. Tak ada yang indah dari bulan suci di HarAmain. Aktivitas saya di sana tidak hanya sebatas menunaikan Umrah. Namun, kami sangat menikmati momen-momen paling terkesan dalam hidup ini.
Jutaan umat Islam dari penjuru dunia (terbanyak dari Indonesia) dan penduduk setempat menjelang Maghrib tiba, duduk bersama di dalam masjid dan serambi. Bahkan di jalan-jalan sekitar masjid dengan semangat berbagi saat takjil untuk berbuka puasa bersama.
Orang-orang kaya di negeri itu saling berebut untuk bersedekah makanan, terutama kurma dari berbagai jenis yang segar dengan jumlah banyak. Seakan menunjukkan kedermawanan mereka kepada umat Islam yang beribadah di bulan suci Ramadhan.
Raja Salman sang penjaga dua Masjid Suci (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi) sebelum Ramadhan tiba sudah menyiapkan segala sesuatunya. Beliau memberikan fasilitas ekstra untuk menyambut para Duyufur-Rahman (para tamu Allah). Upaya maksimal pun dilakukan dengan memberi instruksi kepada seluruh perangkat kerajaan. Terutama kepada badan publik di negeri itu, untuk memastikan kesiapan akomodasi, pelayanan kesehatan, kebersihan dan kelancaran lalu lintas disekitas masjid terutama penambahan kuota penyediaan air Zamzam. Di sudut-sudut di luar masjid agar umat Islam dengan mudah dan nyaman dapat beribadah di masjid terbesar dan terindah di dunia ini.
Di beberapa lorong jalan, di sudut-sudut kota dan disepanjang jalan menuju masjid banyak pedagang asongan dan pedagang kaki lima ditertibkan. Toko-toko dengan berjualan baju, sorban, sajadah dan segala perniknya di sekitar masjid tak pernah tutup buka 24 jam selama bulan suci Ramadhan.
Lalu lalang umat Islam untuk melaksanakan shalat wajib dan sunnah tak pernah putus. Apalagi ketika adzan dikumandangkan tiba-tiba jalanan menjadi padat semua menuju masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah. Sungguh pemandangan unik seakan kota tersebut tak pernah tidur. Pengalaman yang luar biasa yang yang tak pernah saya temukan ketikan saya berkunjung di beberapa negara.
Dari kota Madinah menuju kota Makkah di tengah perjalan saya dan rombongan jamaah umrah yang berjumlah 1 bus melaksanakan umrah dengan miqat awal di Dzulhulaifah atau Masjid Bir Ali seperti dahulu yang dilakukan oleh Baginda Rasulullah SAW saat melakukan hal tersebut. Selanjutnya kami melaksanakan Thawaf mengelilingi Ka’bah 7 kali dan melakukan Sa’i dalam keadaan puasa di Masjidil Haram.
Esok harinya kami melakukan hal serupa dengan miqod di masjid Ji’ranah. Hari berikutnya kami mengambil miqod ketiga di masjid Tan’im yang jaraknya tidak seberapa jauh dari Masjidil Haram. Kemudian miqat keempat di Masjid Hudaibiyah yang kesemuanya dengan fasilitas dari travel yang bersangkutan. (*)