Peristiwa Menakjubkan dari Orang-Orang Pilihan, Kitab An-Nawadir
Alkisah. Ibrahim al-Khawas mengatakan:
Sebagian tokoh bertanya kepadaku tentang peristiwa yang paling mengagumkan dalam pengembaraanku, Aku bercerita kepada mereka bahwa pada suatu waktu dari perjalananku, aku berada di sebuah pantai selama berhari-hari dan berbulan-bulan, entah aku sendiri tidak mengetahui secara persis berapa lamanya. Di sana, aku membuat jaring yang kemudian aku lemparkan ke laut.
Selanjutnya, suatu hari, aku berpikir di mana kira-kira keberadaan jaring itu? Aku berjalan menyisir pantai hingga menemukan sebuah sungai. Secara mengejutkan, aku melihat seorang nenek tua menangis duduk di pinggir sungai.
“Mengapa engkau menangis, Nek?" tanyaku.
“Aku mempunyai lima anak perempuan, ayah mereka telah mati. Sekarang, aku sangat miskin dan tidak punya apa-apa. Aku sendiri tidak tahu, apa yang harus aku perbuat. Aku menuju pinggir sungai. Tiba-tiba, aku menemukan jaring. Aku mengambil dan menjual isi dalam jaring tersebut. Lalu, hasil penjualannya aku gunakan untuk membeli makanan untuk anak-anakku. Kemudian, ini menjadi kebiasaanku, yaitu mencari makanan dari penjualan hasil tangkapan jaring. Hingga hari ini, ketika engkau datang, aku hendak mengambil jaring di tempatnya, tetapi aku tidak melihat jaring itu. Padahal, anak-anakku menunggu kedatanganku."
Mendengar ungkapan si nenek itu, aku menangis.
Tangis Haru
“Wahai Tuhan, seandainya aku mengetahui bahwa ia mempunyai lima anak, niscaya aku akan menambah pekerjaanku," kataku. Aku mencoba menenangkan diriku, dan berkata, “Jangan sedih, Nek! Akulah yang membuat jaring itu.”
Aku berusaha menenangkannya dan membawa ke rumahnya Setelah itu, aku pergi ke hutan, berpikir tentang ciptaan Allah Swt Akhirnya, aku tertidur di bawah suatu pohon. Tiba tiba, setan datang kepadaku.
“Bangun dari tempat ini!”
“Pergi dariku sebentar, aku hendak istirahat,” timpalku kepadanya.
“Wahai orang istimewa, barang siapa di belakangnya terdapat anak anak lapar, bagaimana mungkin ia tidur?" kata setan.
Dari ungkapannya, aku mengetahui bahwa ia menasihatiku. Seketika, rasa kantukku hilang, dan aku melompat dari tempat tidur.
“Wahai Ibrahim, aku mempunyai makanan halal dan makanan haram. Makanan yang halal adalah delima dari gunung Ini, itu diperbolehkan Sedangkan makanan haram adalah dua ikan besar yang dapat engkau rampas dari dua nelayan yang akan melewatimu. Salah satu dari mereka berkhianat terhadap yang lain. Maka, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram ”
Aku mengambil delima dan kembali ke rumah si nenek Namun, setelah mencannya siang dan malam, aku tidak menemukannya, aku kehilangan dinnya.
Suatu hari, saat aku berada di masjid, tiba tiba terdengar teriakan yang sangat keras. Aku keluar dari masjid menuju ujung gang yang terdapat suara mengerikan tersebut. Pelan pelan dan sedikit demi sedikit, aku hendak pergi. Namun, aku tidak kuasa. Malahan, hatiku mendorong untuk kembali ke gang itu. Aku memasuki gang tersebut. Alangkah mengejutkan, di sana terdapat seekor anjing yang melolong mengarah kepadaku, dan berdiri menghadap wajahku. Dengan tergopoh, aku lari masuk masjid.
Sesaat kemudian, aku termenung, berpikur tentang peristiwa yang baru saja kualami.
Anjing menggerakkan ekornya
Selanjutnya, aku kembali ke gang itu. Aku melihat anjing tersebut menggerak-gerakkan ekornya. Aku mendekat pintu rumah di sebelahku. Mendadak, seorang pemuda yang berwajah tampan dan bertingkah mulia keluar dari rumah tersebut. Ia melihatku.
"Jangan terkejut dari lolongan anjing itu, Tuan. Sebab, itu adalah ajaran bagi orang yang memahaminya sampai engkau dapat menunaikan yang dituliskan untukku. Akan tetapi, ambillah janji untuk tidak mengulangi perbuatan yang telah engkau lakukan,” ucapnya.
Selanjutnya, aku memecah semua perangkat yang kupunya, dan bertaubat kepada-Nya. Aku bertaubat baik, tidak senang kepada selain Allah Swt., tidak lari dari dzikir kepada-Nya, tidak membatasi pengabdian kepada-Nya hingga keyakinan datang kepadaku. Aku bertemu dengan Tuhan Penguasa Alam setelah menjadi wali Allah yang taat, dan menjadi kekasih-Nya yang ikhlas.
Demikianlah dikutip dari kisah hikmah Kitab An-Nawadir. Semoga bermanfaat.
Advertisement