Peringati Hari Lahir Bung Karno, Relawan di Banyuwangi Sarasehan
Memperingati Hari Lahir Bung Karno sejumlah relawan di Banyuwangi menggelar doa bersama dan sarasehan, Selasa, 7 Juni 2022. Kegiatan ini bagian dari upaya mengenang Bung Karno serta meneladani kepemimpinannya untuk menumbuhkan nasionalisme.
Kegiatan ini dilakukan di Rumah DEmokrasi, Gagasan, dan InspiRasI (De Giri), di Jalan Wijaya Kusuma, Banyuwangi. Acara yang diinisiasi relawan Rumah De Giri juga diikuti sejumlah komunitas dan relawan juga hadir dalam kegiatan itu. Di antaranya Front Nasionalis Soekarno, Komunitas Juang PDI Perjuangan Banyuwangi, Perkumpulan Satu Tumpah Darah, Pendamping PKH Banyuwangi, Perkumpulan Jaringan Kemandirian Nasional, Duta Kampus Banyuwangi, serta perwakilan Karang Taruna.
"Diharapkan dengan kegiatan ini kita semua khususnya generasi muda bisa lebih memahami dan meneladani bagaimana pemikiran Bung Karno," jelas Direktur Rumah DE Giri, Erik Trisdiantana, Rabu,
Menurut Erik, kegiatan ini bagian dari rangkaian peringatan bulan Bung Karno. Ada beberapa agenda lain seperti Lomba Vlog Bung Karno; Nonton Bareng Film Dokumenter Sejarah Bung Karno.
Doa dan sarasehan ini juga dihadiri anggota DPR RI Sonny T. Danaparamita secara virtual. Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini menyebut, Bulan Bung Karno pertama kali diinisiasi oleh PDI Perjuangan tahun 2010. Sejak saat itu, setiap tahunnya seluruh kader dan simpatisan partai serta masyarakat luas menggelar kegiatan peringatan Bulan Bung Karno.
"Bung Karno sebagai arsitek bangsa, semoga mampu kita warisi perjuangannya, mampu kita gelorakan semangatnya. Supaya nasionalisme, cinta tanah air menjadi semangat kita dalam melakukan upaya pembangunan bangsa dan negara Indonesia," ujarnya.
Sarasehan yang digelar mengangkat tema "Strategi Membumikan Pancasila" sebagai upaya progresif untuk menangkal deideologisasi dan mengenal lebih dekat jejak Bung Karno sebagai penggagas Pancasila.
Sebagai narasumber ada dosen Untag Banyuwangi, Ketua Pusat Studi Pancasila dan Kebijakan Banyuwangi Sahru Romadloni, dan dari Komunitas Pegon Banyuwangi, Ayung Notonegoro.
Menurut Sahru Romadhloni, saat ini semua orang harus lebih peka terhadap munculnya tantangan pendidikan nilai dan karakter. Di antaranya adanya gerakan separatis, penyalahgunaan narkotika, serta krisis identitas nasional. Semua itu dapat menyebabkan adanya disintegrasi bangsa.
Dia menjelaskan, seorang Soekarno memiliki pemikiran yang sedikit banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tempat Soekarno tinggal. Mulai dari Surabaya, Ende hingga beberapa kota lain.
"Termasuk Bandung yang merupakan dapur politik Bung Karno dalam menggagas pemikiran-pemikiran besar Bung Karno," jelasnya.
Sementara itu, Ayung Notonegoro menyampaikan materi mengenai Keislaman dan Ketauhidan Bung Karno. Bung Karno kata Agung, dari sisi proses berketuhanan dan ketauhid-annya juga tidak kalah menarik dibanding meneropong Sang Proklamator itu dari gagasan-gagasan politiknya.
"Sehingga kita mengenal Bung Karno lebih dekat, lebih dalam, semakin utuh," ungkapnya.
Advertisement