Peringatan Kudatuli, PDIP Surabaya Gelar Doa Lintas Agama
DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya menggelar doa virtual bersama lintas agama, mengenang kerusuhan 27 Juli 1996 atau sering disebut dan dikenal dengan nama 'Kudatuli'. Doa Bersama itu dilakukan pada Rabu 28 Juli 2021 malam.
Kembali pada peristiwa Kudatuli, saat itu peristiwa yang terjadi di era orde baru ini ditandai pernyebuan Kantor DPP PDI pimpinan Megawati Soekarnoputri di Jalan Diponegoro Jakarta, 25 tahun silam.
Penyerbuan dilakukan oleh pendukung PDI Soerjadi, yang diback up aparat keamanan saat itu. Suatu peristiwa kekerasan yang brutal, yang hingga kini tercatat sebagai pelanggaran HAM yang kelam, dan belum terang-benderang terungkap.
Maka dari itu, untuk mengenang peristiwa kelam yang memakan banyak korban dari rakyat sipil, pendukung PDI, doa lintas agama digelar oleh DPC PDIP Surabaya. “Banyak korban tewas dan luka-luka. Kami malam ini mendoakan untuk para korban, untuk para pejuang partai, para pengabdi partai, yang telah gugur mendahului kita,” kata Ketua DPC PDIP Surabaya, Adi Sutarwijono kepada Ngopibareng.id.
Ia mengungkapkan, dalam peristiwa itu bukan hanya di Jakarta yang rusuh dan meletus tanggal 27 Juli 1996, di Kota Surabaya pun juga berimbas peristiwa yang sama esok harinya, tanggal 28 Juli.
“Kerusuhan 27 Juli 1996, saat itu memicu reaksi keras di berbagai daerah. Esok harinya, 28 Juli, pendukung setia PDI Pro-Mega berkumpul di Kebun Binatang Surabaya. Melakukan demonstrasi, long march, melalui Jalan Diponegoro. Aksi unjuk rasa itu diobrak-abrik aparat keamanan,” ujar Adi.
Hadir dalam doa virtual itu Wakil Walikota Surabaya Armuji, para pengurus PDI Perjuangan, kader, anggota dan simpatisan PDI Perjuangan.
Doa virtual dipimpin oleh KH. M. Qodi Syafi'i Al-Hasby (ulama Islam), Pinandita I Wayan Suraba (Hindu), Romo Sarikan Nyana Abhaya (Budha), Pendeta Liem Tiong Yang (Khonghucu), Pendeta Simon Filantropha, Pastor Timotheus Siga (Katolik). “Telah 25 tahun peristiwa itu berlangsung. Kami memperingati setiap tahun sebagai pewarisan sejarah kepada generasi muda,” kata Armuji.
“Agar semua pengurus PDI Perjuangan, kader, anggota dan simpatisan selalu ingat, bahwa PDI Perjuangan didirikan dengan darah, keringat dan air mata. Bahkan pengorbanan harta dan nyawa. Banyak korban berjatuhan akibat peristiwa itu,” lanjut Armuji.
Kini, di era pandemi Covid-19, di tengah pemberlakuan PPKM Darurat, peringatan peristiwa 27 Juli 1996 dilakukan secara virtual. “Sejak pandemi Covid-19 melanda, seluruh kader-kader PDI Perjuangan di Kota Surabaya bekerja keras membantu pemerintah sekaligus meringankan beban penderitaan rakyat. Kita terus memperkuat kerja-kerja gotong royong. Kami perkuat Walikota Eri Cahyadi dan Wakil Walikota Armuji dalam upaya keras menangani pandemi Covid-19,” kata Adi.