Peringatan Hari Rempah Nasional Pertama di Sumut 11 Desember
Wakil Presiden Ma'ruf Amin dijadwalkan menghadiri puncak peringatan Hari Rempah Nasional yang pertama. Acara ini akan digelar di Prapat Hotel, Simalungun, Sumatra Utara (Sumut).
Wapres beserta rombongan terbatas berangkat dari Lapangan Udara TNI Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur, menggunakan pesawat khusus milik TNI AU, Kamis 9 Desember pukul 13.00 WIB. Media online Ngopibareng.id termasuk dalam daftar rombongan kunjungan kerja Wapres ke Sumut ini.
Penetapan tanggal 11 Desember sebagai Hari Rempah Nasional (HRN), diputuskan dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian bersama DRI di Hotel Bumi Wiyata Depok, 8 Desember 2020 lalu.
Pertemuan dan diskusi saat itu dibuka Dirjen Perkebunan Kasdi Subagyono dan dihadiri sejumlah narasumber, yang berkompeten dengan rempah. Tujuan pertemuan ini untuk mendapatkan masukan tentang penetapan Hari Rempah Nasional, sebagai titik kesinambungan yang dapat melahirkan spirit mengembalikan kejayaan rempah di masa lalu, dalam meningkatkan peranannya terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat.
Ketua Dewan Rempah Indonesia (DRI) Gamal Nasir, dalam narasinya mengatakan, rempah mempunyai peran strategis dalam pengembangan ekonomi nasional, dari aspek ekonomis, teknis, historis maupun ekologis dan geografis.
Selain lada, pala, cengkeh, tercatat lebih dari 7700 jenis rempah di Nusantara. Rempah-rempah ini mempunyai cita rasa spesifik, dan tidak tergantikan oleh produk sejenis lain dari negara lain. Kekuatan ini membuat rempah nusantara mempunyai comparative advantages di pasar dunia dan menarik bangsa asing untuk datang ke Nusantara dan akhirnya menjajah.
“Rempah Nusantara pernah mengalami keemasan di abad XIII-XIX, dari jaman Majapahit, kemudian era Kesultanan negeri kita dikenal sebagai Spices Island Country,” kata Gamal Nasir dikutip Ngopibareng.id, Kamis 9 Desember 2021.
Rempah Meningkat di Tengah Wabah
Konsultan Hukum & Dewan Pakar DRI, Anna Mariana, mencatat pandemi Covid -19 sejak Maret 2020 menjadi ‘a blessing in disguise’ bagi rempah-rempah Indonesia.
“Karena kita diingatkan untuk kembali mengonsumsi rempah-rempah, meminum ramuan empon-empon. Ini memang bukan untuk menyembuhkan Covid-19, namun bisa menjaga imunitas tubuh. Nenek moyang kita sudah mengajarkan ini," ujarnya.
Di tengah situasi Covid-19 pula, Anna Mariana mendengar, nilai perdagangan ekspor Indonesia meningkat lebih dari 20 persen.
“Kita punya sesuatu yang diamanahkan Tuhan dalam bentuk beragam jenis rempah. Ini bukan sekadar warisan masa lalu, tapi kita harus pandai menggunakan warisan ini menjadi modal kuat dalam membangun bangsa di masa sekarang,” jelasnya.
Di dalam Industri fashion, terutama tenun dan songket yang digelutinya, Anna Mariana, menyebut sudah sejak lama memanfaatkan rempah-rempah dalam proses perawanan pembuatan benang tenun dan songket.
“Kita biasa menggunakan kunyit sebagai salah satu jenis pewarna alam,” katanya.
Indonesia bisa terus mengembangkan industri berbasis rempah di setiap daerah yang potensial sebagai penghasil sekaligus pemasok rempah. Misalnya di Sumatera, banyak menghasilkan getah kemenyan (styrax benzoin), rempah ini penting dalam industri farmasi sebagai bahan pengawet dan campuran obat batuk serta dalam industri parfum sebagai bahan baku wewangian.
Beragam rempah yang bisa digerakkan di segala bidang industri. Mulai dari industri gastronomi, kesehatan, fashion juga kosmetika.
“Bahkan untuk kepentingan pribadi dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa manfaatkan Merica untuk mengawetkan pakaian. Masukan merica dalam kantong kecil, gantung di lemari. Ini bisa mengusir hama sekaligus beragam penyakit di almari. Coba deh!” tutur Anna Mariana.
Tanggal 11 Desember dicatat dalam sejarah sebagai waktu di mana Kesultanan Tidore melakukan ekspor 27 ton rempah ke Eropa. Tanggal ini sekaligus memperlihatkan diplomasi dan perjanjian perdagangan yang saling menguntungkan di antara kedua belah pihak.
Menurut Anna Mariana, penting bagi pemerintah menetapkan Hari Rempah. “Ini menjadi momentum kita untuk menyemangati kembalinya kejayaan rempah sesuai instruksi Presiden Jokowi di Banda Aceh. Penetapan hari Rempah akan diawali dengan terbitnya surat rekomendasi dari UNESCO. Ini karena bisa jadi pengakuan resmi bahwa Indonesia adalah penghasil rempah terbaik dan terbesar di dunia,” ujar dia.